Penulis
Intisari-Online.com – Inilah salah satu pengalaman para dokter yang bertugas di Poliakut bagian Bedah RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Cerita di bawah ini merupakan penuturan kembali beberapa pengalaman mereka.
Seorang anak yang masih duduk di bangku SD dibawa masuk orangtuanya ke Poliakut bagian Bedah RS Dr. Cipto Mangunkusumo, untuk minta pertolongan dokter yang bertugas di sana.
Ternyata anak tersebut robek sedikit kulit kepalanya. Sudah tentu darah yang keluar lebih banyak daripada andaikata luka terjadi dibagian laianya.
Dokter berpikir, jika luka yang kecil itu dijahit atau disuntik kebal sama saja sakitnya. Dokter berpendapat lebih baik langsung dijahit karena sakitnya hanya sekali saja.
Baca juga: Banyak Dokter Berjiwa Sosial di Indonesia, tapi Nama-Nama Berikut Ini Ada Di Jajaran Paling Atas
Tanpa memberitahukan lebih dahulu pada orangtuanya, jarum dan benang sudah langsung menjahit luka anak tersebut. Segera anak itu menjerit kesakitan di hadapan orang tuanya.
Melihat peristiwa tersebut ayah si anak menganggap tindakan dokter terhadap anaknya sebagai perbuatan sadis.
Langsung saja dokter diancam dengan kata-kata : Awas dokter, sewaktu-waktu dokter akan bertemu lagi dengan saya di suatu tempat!
Agaknya ancaman tersebut disambut baik oleh dokter. “Baik", katanya. Sebab ancaman itu dianggap biasa saja bagi seseorang yang sedang marah.
Baca juga: Wajah Wanita Ini Membeku Setelah Suntik Botoks dengan Bantuan Dokter Gadungan!
Setelah beberapa bulan kemudian dokter tersebut pergi berbelanja di Proyek Senen. Ketika ia menuruni anak tangga akan pulang ke rumah tiba-tiba di tengah anak tangga itu dihentikan orang.
Segera ia melihat orang tersebut langsung disambut dengan kata-kata : Apa dokter masih ingat pada saya? Ya, jawab dokter.
Kemudian orang itu yang tidak lain adalah ayah si anak yang dijahit luka kepalanya, membuka “kartu"nya dengan mengeluarkan sebilah pisau yang diarahkan langsung pada diri dokter.
Di sinilah tempat saya beroperasi, dok! sekarang serahkan semua barang-barang, kata si ayah yang ternyata seorang “tukang copet" belaka. Seluruh badan dokter digeledah tanpa ampun dan tidak dapat berbuat apa-apa terkecuali hanya menyerahkan seluruh harta miliknya.
Baca juga: Dua Dokter Ini Tega Potong Kemaluan Bayi yang Baru Lahir Hanya Demi Tutupi Kesalahan
* * *
Hari itu seorang pemuda dibawa masuk dengan tandu ke ruang bedah. la masih pingsan dan bagian perutnya luka karena tusukan pisau. Kemudian datang seorang pemuda lainnya dalam keadaan hampir serupa.
Keduanya perlu segera dioperasi. Para dokter tanpa komentar melakukan tugasnya untuk menyelamatkan jiwa kedua pemuda tersebut. Sebab-sebab luka tusukan pisau tidak diketahui dokter.
Selesai operasi kedua pemuda ditempatkan dalam satu ruang yang berdampingan, sambil menantikan kamar perawatan dipersiapkan.
Pemuda yang pertama mulai membuka mata dan melihat sekelilingnya. Juga ia melihat pemuda di sebelahnya yang terbaring dan masih belum sadar benar.
Baca juga: Hanya Bermodal Stetoskop dan Masker, Remaja Ini Jadi 'Dokter' Selama 5 Bulan
Tanpa bicara ia segera bangun dari tempatnya dan langsung memukul pemuda itu.
Para dokter dan juru rawat dalam ruang bedah menjadi sibuk memisahkan kedua pemuda itu dari perkelahian.
Usut punya usut ternyata kedua pemuda tersebut dibawa kerumah sakit karena saling tusuk pisau dalam pertarungan. Pemuda yang pertama itu tampaknya masih dendam.
* * *
Suasana yang tenang di ruang bedah tiba-tiba dipecahkan dengan suara ramai-ramai. Serombongan pemuda datang membawa seorang pemuda yang terbaring di atas tandu. Segera penderita masuk ruang kamar untuk diperiksa terlebih dahulu.
Baca juga: Melihat Keperawanan Wanita Dari Cara Berjalannya? Ini Jawaban Dokter
Hasil pemeriksaan menentukan pemuda tersebut harus dioperasi segera. Keadaannya lemah karena terlalu banyak mengeluarkan darah.
Untuk melakukan operasi itu dibutuhkan darah untuk transfusi. Diberitahukan pada rombongan pemuda darah apa yang diperlukannya.
Mereka diharapkan dapat mencarikan darah atau bersedia menjadi donor bagi kawannya sendiri.
Namun begitu mendengar butuh “darah" tanpa komentar kawan-kawan tersebut satu persatu meninggalkan tempat.
Akhirnya tidak seorang dari rombongan pemuda tersebut tertinggal terkecuali pemuda yang terbaring di atas tandu.
Baca juga: Dokter James Marion, Dokter Bedah Organ Intim Wanita Paling Brutal!
Terpaksa para petugas kamar bedah sibuk menyediakan darah untuk operasi demi menyelamatkan jiwa pemuda yang ditinggalkan kawan-kawannya.
* * *
Seorang pemuda yang perlu mendapat pemeriksaan masuk ruang bedah. Setelah dokter memeriksa kesehatannya ternyata ia membutuhkan obat suntik. Seperti biasanya dokter mengambil obat suntik dari persediaan rumah sakit.
Melihat jenis obat suntik yang diambil dokter si pemuda menolaknya untuk disuntikkan padanya. Tapi ia minta agar obat tersebut diganti dengan merk lainnya dan disebutkan nama yang dimaksud.
Mendengar merek obat suntik yang disebut itu, kembali dokter yang menjadi agak repot. Sebab justru obat itu agak mahal harganya, juga harus dibayar sendiri oleh pasien.
Hal itu disampaikan pada pemuda tersebut namun diterima dengan baik.
Baca juga: Bukan Guru Apalagi Dokter, Inilah Cita-cita dari Seorang Kartini Kecil
Tampaknya memang lancar dan mudah tapi pemuda ini kebetulan tidak membawa uang. Sekalipun demikian ia berjanji akan kembali besok pagi untuk membayarnya.
Permintaan pemuda ditolak dokter, sebab pengalaman membuktikan janji serupa sudah sering terjadi tapi jarang terlaksana.
Pemuda berkeras dan mendesak serta berjanji benar-benar akan kembali untuk membayarnya.
Akhirnya dokter meluluskan permohonan pemuda. Namun sejak itu pemuda yang berjanji itu tidak pernah kunjung datang untuk membayar.
** *
Sekelompok pemuda dengan rambut tidak teratur sisirannya datang ke bagian bedah. Tampaknya mereka baru saja mengalami suatu kecelakaan lalu lintas. Tapi tidak terlihat tanda-tanda luka berat. Mereka minta diperiksa dan diberi obat.
Setelah dokter memeriksanya ternyata keadaan mereka baik-baik saja. Adapun luka yang terdapat pada beberapa pemuda itu hanya lecet kecil yang tidak berbahaya.
Baca juga:Donorkan Spermanya Kepada Pasien yang Jalani Inseminasi Buatan, Dokter Ini Justru Dituntut
Mereka diperbolehkan pulang kerumah masing-masing. Namun mereka menolak untuk kembali ke rumah bahkan menuntut agar diinjeksi tetanus.
Katanya, salah seorang kawannya pernah mengalami kecelakaan serupa tapi tidak diinjeksi tetanus kemudi an meninggal dunia.
Tampaknya mereka takut kalau-kalau luka lecetnya itu membawa kematian bagi diri masing-masing.
Terpaksa dokter memberikan kuliah kilat untuk menjelaskan luka mereka. Tapi kuliah tersebut sia-sia saja karena mereka tetap pada tuntutannya semula.
Dokter mengalah tapi bukan memberi injeksi tetanus. Secepat kilat terpikir dokter untuk memberikan injeksi vitamin saja untuk memuaskan mereka.
Setelah semua menerima injeksi tampak muka mereka berseri-seri tanda puas dan merasa selamat dari kematian.
(Ditulis oleh Sani S., seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1973)
Baca juga: Wanita Ini Mengeluh Sakit, Saat Diperiksa Ternyata Tulangnya 'Lenyap', Dokter pun Kebingungan