Penulis
Intisari-Online.com -Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengorbit bumi pada jarak maksimum 422 km, sedangkan daratan berpenghuni yang paling dekat dengan Point Nemo berjarak 2.866 km.
Menurut US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Point Nemo terletak di Samudra Pasifik Selatan.
Ia meliputi area seluas 22 juta kilometer persegi dan memiliki koordinat tepat 48°52,6′ Lintang Selatan dan 123°23,6′ Lintang Utara.
Delapan arah mata angin di sekitar Point Nemo adalah lautan air yang luas.
Daratan yang paling dekat dengan Point Nemo di sebelah utara yakni Pulau Ducie, di gugusan pulau Pitcairn.
Sedangkan yang paling dekat ke timur laut adalah Moto Nui, sebuah pulau di Pulau Paskah Chili.
Lalu, yang paling dekat ke selatan adalah Pulau Maher di Antartika.
Dari Point Nemo, jika Anda pergi ke barat, Anda akan bertemu gugusan pulau Chatham Selandia Baru.
Sebaliknya, jika ke timur akan bertemu negara Chili.
Selain dinamai berdasarkan nama Kapten Nemo yang terkenal dalam film klasik "Twenty Thousand Leagues Under the Sea" oleh penulis besar Prancis Jules Verne, "Nemo" dalam bahasa Latin berarti "bukan siapa-siapa".
Melansir All that's Interesting, Points Nemo dianggap sebagai "kutub yang tidak dapat diakses di laut."
Hingga saat ini, kemungkinan besar belum ada manusia yang pernah menginjakkan kaki di Point Nemo, termasuk penemunya – Hrvoje Lukatela.
Pada tahun 1992, insinyur Kroasia-Kanada ini menggunakan program komputer untuk menemukan titik di laut dengan jarak terjauh dari daratan mana pun.
Tidak hanya sangat sulit untuk diakses, Point Nemo juga bukan daratan yang ramah kehidupan.
Iau terletak di pusaran Arus Pasifik Selatan, arus laut raksasa yang mencegah air yang kaya nutrisi memasuki perairan di sekitar Point Nemo.
Tanpa sumber makanan, tidak ada kehidupan di wilayah laut ini, kecuali bakteri dan kepiting kecil yang hidup di dekat kawah gunung berapi di dasar laut.
Karena kehidupan di Point Nemo hampir tidak ada, para ilmuwan terkejut ketika mereka merekam suara bawah air terbesar di sana pada tahun 1997.
Suara dengan frekuensi yang sangat rendah dan keras ini dinamai "The Bloop" dan berada jauh 4.800 km di bawah air.
Para ilmuwan di NOAA bingung terhadap sumber suara bawah air yang begitu menakutkan itu.
Mereka akhirnya mengetahui bahwa "The Bloop" ternyata adalah suara es yang pecah di Kutub Selatan.
(*)