Penulis
Intisari-Online.com – Suatu hari saya pergi bersama ibu.
Pada waktu berangkat, kami tidak mengalami kendala apa-apa di kendaraan umum. Namun ketika pulang, kami menemui sedikit masalah.
Kami sama sekali tidak menemukan tempat duduk. Kalau saya sih tidak masalah jika harus berdiri sampai rumah.
Akan tetapi bagaimana dengan ibu saya yang kebetulan lagi tidak sehat?
Selama berdiri, saya menoleh ke kanan dan ke kiri berharap ada yang berbaik hati memberikan kursinya kepada ibu.
Baca juga: Diremehkan Tentara Bayaran, Para Pejuang Afghanistan Beri Pelajaran Mematikan
Sepuluh menit berlalu, namun orang baik hati itu belum berdiri juga.
Hingga pada menit berikutnya seorang anak menawarkan tempat duduknya buat ibu.
Ah, saya lega akhirnya ibu mendapat tempat duduk.
Namun, ibu tidak segera duduk. Sebab sebentar kemudian ibu dari anak tadi melarang niat baik si kecil.
"Kamu itu masih kecil, kalau berdiri nanti capek," begitu omelan singkat ibu.
Harapan saya agar ibu memperoleh tempat duduk pupus sudah.
Tiba-tiba ada tiga orang dewasa yang meniru tindakan anak kecil tadi.
Kali ini ibu memilih satu di antaranya. Sedangkan aku yang masih berdiri tidak menjadi masalah untuk tetap berdiri.
Saya tahu, mungkin jika anak kecil itu tidak memberi contoh, niscaya ketiga orang dewasa tadi tidak akan memberikan tempat duduknya.
Hari itu kebetulan saya membeli sekeranjang apel. Mengalami kejadian itu saya ingat iklan robot sebuah produk otomotif.
Saya pun mengambil dua buah apel, satu saya berikan anak kecil baik hati, dan satunya buat orang yang memberi tempat duduk pada ibu. (Nina Irawati – Intisari Maret 2006)
Baca juga: Pelajaran Berharga Bahwa di Media Sosial itu Berita Belum Tentu Benar