Find Us On Social Media :

Hardiknas: Ide Menulis Ki Hajar Dewantara Selalu Didapat Saat di WC

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 2 Mei 2018 | 12:30 WIB

Intisari-Online.com – Ki Hajar dilahirkan tanggal 2 Mei 1889 dalam lingkungan kaum bangsawan Yogyakarta.

la adalah anak keempat Pangeran Suryaningrat, putra sulung Sri Paku Alam III dari permaisurinya.

Suwardi sempat bercita-cita menjadi seorang dokter dan bersekolah di STOVIA — School tot opleiding van Indische Artsen — di Betawi, tapi tak dirampungkannya.

Putus sekolah di STOVIA, la lalu bekerja di Pabrikk Gula Kalibagor di Banyumas. Kemudian ia juga sempat bekerja sebagai asisten apoteker di Rathkamp, Yogyakarta.

Baca juga: 3 Peninggalan Adiluhung Ki Hajar Dewantara Bagi Dunia Pendidikan Indonesia

Pekerjaan yang rutin ternyata dirasa kurang cocok bagi jiwanya.

Ia lalu bekerja sebagai wartawan. Di sini semangat juangnya dalam bidang politik dan sosial mulai berkobar. Bakat jumalistiknya pun berkembang pesat.

Suwardi pernah bekerja di berbagai surat kabar, seperti di Hanan Sedyo Tomo di Yogyakarta, surat kabar berbahasa Belanda Midden Java yang terbit di Semarang, Harian De Expres dan Majalah Het Tijdshnft yang dipimpin Douwes Dekker dan terbit di Bandung.

Dua yang terakhir kemudian menjadi corong dan Indische Partij yang didirikannya bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1912.

Baca juga: Terkenal Lemah Lembut, Ki Hajar Dewantara Ternyata Pernah Bikin Merah Kuping Belanda

Jurnalistik dijadikan Suwardi sebagai alat dan lapangan perjuangannya.

Melalui tulisan-tulisannya ia menyampaikan gagasan-gagasannya tentang Indonesia merdeka. Seperti tulisannya yang pertama dalam De Expres, yang berjudul "Kemerdekaan Indonesia".

Ki Suratman, punya cerita menarik tentang bagaimana sebagai wartawan Ki Hajar mendapatkan ilham bagi tulisan-tulisannya.