Gendong Kambing, Cara Unik Orang Telehu Merayakan Idul Adha

Moh Habib Asyhad

Penulis

Banyak cara orang merayakan Idul Adha. Masyarakat Tulehu, Maluku Tengah, memiliki cara unik menyambut hari besar ini.

Intisari-Online.com -Banyak cara dilakukan untuk memperingati Hari Raya Idul Adha.

Tak terkecuali dengan masyarakat Negeri Tulehu, Maluku Tengah, yang merayakan kaul dan abda’u sesaat setelah melaksanakan solat ied secara berjamaah.

Ada adegan gendong kambing pula dalam rangkaian perayaan ini.

Kaul dan abdau adalah tradisi adat puncak dari serangkaian parade budaya yang dilakukan masyarakat Negeri Tulehu.

Tak hahya satu desa, tapi juga melibatkan masyarakat dari desa sekitarnya. Tradisi ini sudah berlangsung cukup lama. Tercatat sejak abad ke-17.

(Baca juga: Sebelum Berkurban, Yuk, Kita Ngakak Dulu Bersama 6 Meme Ini)

Tradisi kaul lazimnya prosesi penyembelihan yang banyak dilakukan di berbagai tempat. Bedanya, di sini prosesi penyembelihannya dilakukan sebanyak dua kali.

Yang pertama dilakukan selesai salat. Yang kedua adalah penyembelihan khusus, di mana ada seekor kambing inti dan dua kambing pendamping.

Sebelum disembelih, ketiga kambing itu digendong dengan kain oleh pemuka adat dan agama untuk diarak keliling Negeri.

Diiringi shalawat dan takbir, ketiga kambing itu dibawa menuju ke pelataran Masjid Negeri Tulehu.

Penyembelihan langsung dilakukan oleh imam besar Masjid Negeri Tulehu. Dari atas masjid, kelompok ibu-ibu menabur bunga yang harum baunya.

(Baca juga: Kurban Mak Sahati yang Memaksa Hati Bergetar)

Sementara darah cipratan kambing yang disembelih diperebutkan oleh pemuda anggota adat abda’u, simbol bahwa pemuda Tulehu rela berkorban untuk kebenaran.

Abda’u simbol kemakmuran

Pasca-penyembilan, proses abda’u (ibadah) dilangsungkan.

Pesertanya sebagian besar adalah para pemuda.

Mereka hanya berkaus singlet, berikat kepala warna putih, dan berjalan beramai-ramai menuju rumah imam Negeri Tulehu.

(Baca juga: ‘Kebanjiran’ Daging Kambing atau Sapi saat Idul Adha? Dijadikan Tongseng Saja. Ini Resepnya!)

Setelah para pemuda abda’u sampai, imam besar menyerahkan bendera hijua berenda benang bewarna kuning emas.

Hijau melambangkan subur, dan kuning adalah kemakmuran. Bendera inilah yang nantinya bakal diperebutkan oleh ratusan pemuda yang mengikuti upacara ini.

Sekilas terkesan ada chaos, karena mereka akan saling pukul, saling injak, dan saling dorong untuk memperebutan panji.

Tapi tak perlu khawatir, sebelum prosesi rebutan bendera dilakukan, para pemuda ini terlebih dahulu disiram air khasiat oleh Imam Besar yang konon membuat tubuh mereka kuat dan terbebas dari rasa sakit.

Tapi justru ini lah yang mencuri perhatian khalayak.

Orang-orang di sekeliling berteriak, menyoraki, sembari tetap memberi dukungan kepada para pemuda agar berhasil mendapatkan bendera lambang kesuburan dan ketentraman. (dari berbagai sumber)

Artikel Terkait