Penulis
Intisari - Online.com -Orang Thailand memiliki ritual perayaan Imlek yang berbeda dengan orang lain.
Mereka percaya jika Imlek adalah ritual yang melambangkan kematian dan kelahiran kembali, membantu mereka singkirkan nasib buruk untuk memulai awal baru di tahun baru.
Makanya jika di belahan dunia lainnya Imlek meriah dengan kembang api dan hitungan mundur Tahun Baru, kuil di pinggiran Bangkok, Thailand, punya ritual khusus.
Orang-orang beribadah lalu berbaring di samping mereka di dalam peti mati untuk berpartisipasi dalam upacara pemakaman tradisional.
Ritual ini biasa dilakukan oleh umat Buddha Thailand tiap tahun baru.
Peserta upacara akan memegang bunga dan dupa di tangan mereka ketika para biksu menutupi mereka dengan handuk merah muda dan membacakan doa seperti untuk orang mati.
"Berbaring di peti mati artinya kita melepaskan penderitaan kita dari tubuh dan pikiran kita. Kami datang ke sini untuk berbaring di peti mati sehingga kami dapat memiliki lebih banyak keberuntungan dan kehidupan yang lebih baik," ujar Phitsanu Kiengpradouk, pensiunan polisi berusia 67 tahun.
Selanjutnya Busaba Yookong (30) yang menghadiri upacara tersebut bersama keluarganya, mengatakan jika menghadiri pemakamannya sendiri bukanlah pemakaman aneh seperti yang dibayangkan.
Baca Juga: Weton Hari Ini 1 Februari 2022: Cek Watak dan Karakter Weton Selasa Pon
Wat Bangna Nai, kuil tersebut, kini menarik lebih dari 100 orang setiap hari untuk berdoa memohon keberuntungan atau harapan untuk awal yang baru.
Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan memberi tekanan lebih terhadap kehidupan mereka, menjadikan upacara ini lebih penting.
Setiap orang yang berpartisipasi dalam upacara doa ini dikenai bayaran 100 baht untuk menyiapkan bunga, lilin, dan kain.
Kemudian mereka akan mengikuti instruksi para biksu yaitu berbaring di peti mati dengan kepala menghadap ke barat.
Barat adalah arah untuk menguburkan almarhum sebelum mengubah arah.
Selain kuil Wat Bangna Nai, kuil lain di Thailand juga mengadakan upacara keberuntungan serupa.
Biksu Prakru Prataph Waranukij adalah biksu yang melakukan upacara pemberkatan.
Ia mengatakan ritual itu mendapat banyak kritik dan kontroversi di media sosial, tapi menurutnya ini merupakan kesempatan penting bagi orang-orang untuk merenungkan kematian.
"Ritual ini mengingatkan orang bahwa suatu hari mereka akan mati, jadi berhati-hatilah dengan cara Anda menjalani hidup," ujar Prakru.
Baca Juga: Jejak Sang Filantrop, 'Tidak Ada Orang Sedermawan Pak Ang Kang Hoo'
Baca Juga: Rayakan Tahun Baru Imlek, Ini 8 Makanan Khas yang Biasa Disajikan dan Makna di Baliknya
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini