Penulis
Intisari-Online.com -NamaPieter Erberveld mungkin terdengar asing di telinga Anda.
Akan tetapi Pieter Erberveld adalahpemberontak palingdibenciBelanda.
Padahal, bagi Jepang, dia adalah simbol perlawanan terhadap Kolonial.
Sementara bagi bangsa Indonesia, Pieter Erberveld adalah seorang pejuang kemerdekaan.
Dilansir dari voi.id pada Senin (3/1/2022), Pieter Erberveld tidak lahir dari keturunan ibu pertiwi.
Ia merupakan penduduk Batavia Eurasia (Indo-Eropa).
KisahPieter Erberveld bermula pada tahun 1721.
Saat itu, diamenyusun rencana untuk mengusir Belanda.
Dia lantas mengadakan serangkaian pertemuan dengan teman-teman pribumi lainnya.
Namun, tepat sebelum hari-H rencana tersebut, berita tentang pergerakan Erberveld bocor ke telinga Kompeni.
Rupanya aalah satu rekan asalnya (dari Indo-Eropa) berubah menjadi seorang pengkhianat.
Akibatnya, seperti yang diceritakan oleh William Bradley Norton dalam artikelnya - yang kemudian menjadi buku - berjudul The Hero of Batavia, Erberveld bersama dengan rekan-rekan pemberontaknya ditangkap.
LaluNorton menulisErberveld bersama 14 orang lain yang 3 di antaranya adalah perempundieksekusidengan cara yang mengerikan.
Eksekusi Erberveld membuatnya mendapatkan memori "Prince of Broken Skins" atau "Pangeran Kulit Pecah".
Julukan itu menggambarkan betapa mengerikannya eksekusi itu.
Tangan dan kaki Erberveld diikat dan ditarik oleh empat kuda yang berlari berlawanan arah.
Pada akhirnya, tubuh Erberveld terbelah menjadi empat bagian.
Belum selesai. Kepala Erberveld kemudian dipenggal dan ditusukkan ke tombak.
Setahun kemudian, tepatnya 14 April 1722, Belanda membangun sebuah monumen.
Tugu dalam bahasa Belanda dan Jawa ini dibuat dengan tujuan agar kisah Erberveld menjadi kenangan bagi masyarakat.
“Sebagai kenang-kenangan menjijikkan dari hukuman pengkhianat: Pieter Erberveld."
"Karena diumumkan kepada siapa pun, mulai sekarang tidak boleh membangun dengan kayu, meletakkan batu bata, dan menanam apa pun di tempat ini dan sekitarnya. Batavia, 14 April 1722," kata monumen itu.
Dahulu monumen ini bisa dikunjungi di kawasan Jacatraweg, sekarang menjadi Jalan pangeran Jayakarta.
Saat itu, Monumen Kepala Erberveld terkenal karena dilalui oleh jalur trem listrik yang beroperasi pada tahun 1925.
Wisatawan yang berwisata ke Hindia Belanda saat itu setidaknya sempat melihat atau bahkan singgah di monumen yang konon katanya menjadi konspirasi tahun 1721.
Strategi pembangunan tugu bisa dikatakan efektif.
Ini karena setelah kejadian ini, hampir tidak ada lagi pemberontakan terhadap Kompeni di Batavia.
Fakta ini diungkapkan oleh Mayumi Yamamoto dalam buku Heroes of Batavia.
Kaneko Mitsuhari, dalam antologi buku berjudul Kaneko Mitsuhari Shishu, mengungkapkan bahwa Monumen Kepala Erberveld bahkan lebih terkenal daripada patung perunggu Gubernur Jenderal dan pendiri Batavia, Jan Pieterszoon Coen.