Penulis
Intisari-Online.com - Banyak orang berpikir bahwa bangsa Mongol hanyalah gerombolan orang barbar yang berkeliaran dan membantai semua orang di jalan yang mereka lalui.
Pada tahun 1206, seorang kepala suku Mongol baru berkuasa dan mengambil alih gerombolan Mongol di Asia Timur.
Pemimpin baru, Genghis Khan, mengorganisir kembali tentara dan membawanya menaklukkan Asia hingga Timur Tengah.
Ada beberapa alasan atas keberhasilan Mongol.
Reorganisasi Khan membagi pasukannya menjadi 10, 1000 dan 10.000 unit.
Ada juga alasan ilmiah untuk kesuksesan mereka.
Padang rumput Siberia waktu itu sedang mengalami periode musim dingin yang sejuk dan kondisi basah yang panjang.
Cuaca di padang rumput makanan yang lebih banyak untuk kuda-kuda mereka dan menyediakan hewan buruan.
Hal itu memungkinkan bangsa Mongol menghasilkan lebih banyak makanan dan maju dengan kuda yang lebih besar serta kuat.
Ketika Genghis Khan meninggal, kerajaan Mongol membentang dari pantai Pasifik China ke Laut Kaspia – ambang pintu Eropa.
Pada saat bangsa Mongol mencapai Polandia dan Hongaria, para pejuang Eropa Barat mengumpulkan kekuatan besar untuk menghadapi mereka.
Bangsa Mongol di bawah Ogedai Khan, sempat dihentikan sebentar di Pertempuran Legnica tetapi terus bertempur.
Orang-orang Hongaria dikalahkan di Sungai Sajo pada tahun 1241, tetapi kematian mendadak Ogedai menghentikan pergerakannya sebelum orang-orang Mongol mencapai Wina.
Alasan penghentian mendadak selalu diasumsikan karena komandan Mongol di Eropa, Batu, harus kembali ke Mongolia agar Khan baru dapat ditunjuk.
Tetapi para ilmuwan baru-baru ini mengungkap sebuah alasan ilmiah.
Batu tidak pernah kembali ke ibu kota Mongol di Karakorum, sebaliknya dia tinggal di Eropa Timur untuk memerintah wilayah yang telah dia taklukkan di tempat yang sekarang disebut Rusia Selatan.
Para ilmuwan mempelajari lingkaran pohon untuk memeriksa kemungkinan alasan ilmiah mengapa Batu mengakhiri penaklukan ekspansinya begitu tiba-tiba.
Jika sesuatu yang ilmiah adalah alasannya, jawabannya dapat ditemukan dalam sampel kayu yang diambil oleh para peneliti.
Pada musim hujan, kulit pohon akan menebal dan membentuk cincin kayu yang lebih tebal di dalam kayu.
Pada musim kering, cincin akan lebih tipis karena kekurangan air.
Ketika para ilmuwan memeriksa cincin kayu dari Hongaria dan memberi tanggal sampel pada periode waktu sekitar kematian Ogedai, mereka menemukan iklim basah yang luar biasa selama tiga tahun.
Jika lanskap Hongaria jauh lebih basah dari biasanya, medan tersebut tidak cocok untuk taktik tentara Mongol.
Alih-alih memiliki pemerintahan bebas di dataran, mereka harus menavigasi rawa-rawa sebagai gantinya.
Dengan transportasi manusia, kuda, dan perbekalan tidak lagi dapat diandalkan ditambah kecepatan serta kemampuan manuver tidak lagi efektif, pasukan Mongol melemah.
Setidaknya untuk periode waktu yang diperiksa oleh para ilmuwan, perjalanan mereka akan selesai di Eropa.
Kemajuan Mongol berlanjut ke selatan, di mana cuaca selalu jauh lebih kering dan jalan serta dataran lebih dapat diandalkan baik untuk mobilitas.
Adapun Kekaisaran Mongol sendirimengalami serangkaian pertikaian dan pertengkaran politik.
Kekaisaran Mongol mengalami perang saudara habis-habisan sampai tahun 1260, yang berlangsung selama bertahun-tahun sampai munculnya tokoh sejarah besar lainnya: Kubilai Khan.
(*)