Penulis
Intisari-online.com - Sebagai salah satu ritual yang diterapkan oleh orang Mesir Kuno mumifikasi adalah salah satu misteri terbesar.
Namun, apakah tujuan dari mumifikasi, benarkah ini berkaitan dengan cara membangkitkan orang yang telah mati.
Berikut ini ada beberepa teori yang berkaitan dengan proses mumifikasi dalam peradaban orang Mesir Kuno.
Sebuah novel berjudul "The Sphinx Scrolls" yang diterbitkan pada tahun 2016 menyebutkan teori ini.
Baca Juga: Di Museum Ini, Pengunjung Akan Dipandu oleh Mumi Raja Tutankhamun
Menurut buku itu, orang Mesir kuno mungkin telah meniru cara mumifikasi peradaban maju yang dapat membantu menghidupkan kembali orang mati.
Menurut Ancient Origins, proses mumifikasi di Mesir kuno, meskipun berhasil melestarikan bentuk orang mati selama ribuan tahun, pada dasarnya adalah simbolis.
Membalsem orang mati hanya membantu mencegah dekomposisi sel-sel kulit, sementara organ dalam diangkat karena tidak ada cara untuk mengawetkannya.
Tapi bisakah mumifikasi Mesir menjadi versi sederhana dari seni pelestarian yang hilang dengan kemampuan menghidupkan kembali orang mati?
Hipotesis kontroversial ini didasarkan pada banyak temuan sejarah, serta pandangan terbalik bahwa pencapaian Mesir kuno hanyalah akhir dari peradaban yang lebih besar.
Pada tahun 1837, Kolonel Howard Vyse, seorang ahli Mesir Kuno, meledakkannya, menciptakan lubang di Piramida Agung Giza.
Dia menemukan sepotong pelat besi tergeletak di antara balok-balok di dalamnya.
Namun, Piramida Agung dibangun sebelum Zaman Besi lebih dari 2.000 tahun.
Sebuah studi tahun 1989 juga menunjukkan jejak emas pada permukaan logam, menunjukkan tanda-tanda pelapisan emas.
Teknik ini juga membutuhkan pengetahuan tentang kelistrikan.
Bukti lain di Mesir juga memberikan petunjuk bahwa orang dahulu tahu tentang listrik.
Kuil Hathor di kota Dendera, Mesir, memiliki relief batu yang menggambarkan apa yang tampak seperti bola lampu.
Beberapa peneliti berspekulasi bahwa tidak adanya jelaga atau obor yang terbakar di beberapa makam Mesir, mungkin mengindikasikan penggunaan penerangan listrik.
Selain itu, ada lubang bor yang ditemukan di granit piramida dan di banyak lokasi lain, termasuk tambang.
Menurut Ancient Origins, mungkinkah lubang cacing berbentuk lingkaran sempurna ini digali dengan alat yang membutuhkan energi listrik?
Selain itu, hieroglif aneh di Kuil Seti I di kota Abydos menyerupai helikopter, perahu, dan bahkan pesawat terbang.
Beberapa artefak anomali dapat diartikan sebagai kebetulan atau disalahartikan oleh manusia modern.
Tetapi banyak detail aneh muncul di mana-mana di Mesir kuno, yang mengarah pada teori bahwa peradaban Mesir kuno masih memiliki banyak rahasia yang belum ditemukan.
Apakah para pembangun piramida menggunakan pengetahuan yang telah dilestarikan secara turun-temurun?
Sekelompok ilmuwan pernah berhipotesis bahwa Sphinx di Giza ditemukan ribuan tahun lebih tua dari piramida, sebelum Mesir kuno, ketika dataran tinggi Giza memiliki iklim lembab.
Jika teori Mesir kuno adalah sisa-sisa peradaban yang lebih besar dan lebih kuno, ada kemungkinan bahwa proses mumifikasi Mesir bisa menjadi versi singkat dari teknik yang kompleks, jauh lebih rumit, menurut Ancient Origins.
Teknik yang terlupakan itu dapat dengan baik melestarikan seluruh tubuh manusia, bukan sebagian, seperti yang dilakukan orang Mesir kuno.
Namun, ada juga pendapat bahwa hipotesis di atas belum diverifikasi karena tidak ada dokumen atau sampel mumi yang dapat diawetkan lebih utuh daripada mumi Mesir.
Teknologi pembekuan orang mati saat ini dikatakan paling dekat dengan kemampuan peradaban kuno untuk menghidupkan kembali orang mati.
Pembekuan membantu menghindari kerusakan sel dengan menambahkan bahan kimia antibeku ke tubuh.
Tetapi bagaimana cara mencairkan untuk menghidupkan kembali orang mati masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.