Penulis
Intisari-Online.com- Piramida Mesir adalah keajaiban arkeologi, menjulang tinggi di atas pasir gurun dan terlihat bermil-mil jauhnya.
Mesir memiliki lebih dari 100 piramida kuno, tetapi yang paling terkenal termasuk piramida yang disebut the first step pyramid, dibangun pada masa pemerintahan firaun Djoser (sekitar 2630-2611 SM), dan the first true pyramid - yang memiliki sisi halus - dibangun di bawah kekuasaan tentang firaun Snefru (sekitar 2575-2551 SM).
Hal ini ditulis Mark Lehner dalam bukunya, The Complete Pyramids: Solving the Ancient Mysteries.
Piramida Besar dibangun di Giza pada masa pemerintahan firaun Khufu (sekitar 2551-2528 SM), dan dua penerusnya, Khafre (sekitar 2520-2494 SM) dan Menkaure (sekitar 2490-2472 SM), juga memiliki piramida yang dibangun di Giza.
Firaun secara bertahap berhenti membangun piramida selama Kerajaan Baru (1550-1070 SM), memilih untuk dimakamkan di Lembah Para Raja, yang terletak sekitar 483 km selatan Giza, kata Lehner dalam bukunya.
Pada 2018, penelitian teoritis oleh tim fisikawan internasional telah mengungkapkan sebuah fakta tentang keajaiban piramida.
Dilansir dariScience Alert,, radiasi elektromagnetik, termasuk cahaya tampak, gelombang radio dan gelombang mikro selalu ada dan kita butuhkan sepanjang waktu.
Antonija Grubisic-Cabo, fisikawan dari Universitas Monash yang tidak terlibat dalam penelitian, memberi contoh:
"Misalnya, sinar matahari adalah salah satu bentuk gelombang elektromagnetik & gelombang mikro/ radio sangat bergantung pada energi elektromagnetik itu."
Bahkan, seluruh rumah Anda dipenuhi dengan radiasi elektromagnetik, entah itu cahaya atau Wi-Fi.
Masalahnya adalah bahwa sinyal Wi-Fi terkadang dapat melemah di area-area tertentu.
Keajaiban yang diungkap oleh penelitian ini yakni bahwa Piramida Agung Giza ternyata mampu memusatkan energi elektromagnetik dalam ruang-ruang dan dasar bangunannya.
Meski mungkin orang Mesir kuno sendiri tidak menyadari hal ini, namun hasil penelitian sepertinya penting guna kehidupan di masa depan.
Masalah-masalah mengenai melemahnya sinyal Wi-Fi pun mungkin dapat teratasi dengan meniru teknologi dan bentuk piramida.
Barangkali kita semua harus membangun rumah kita sedikit lebih runcing di bagian atas.
Untuk menguji, peneliti pertama-tama memperkirakan bagaimana induksi resonansi (suara yang diperpanjang oleh refleksi atau getaran) yang disebabkan oleh gelombang radio.
Kemudian mereka membuat model piramida dan respons elektromagnetiknya.
Setelah dihitung, tim kemudian memperkirakan bagaimana energi gelombang dapat tersebar atau diserap oleh piramida.
Dengan menggunakan analisis multipole, mereka menemukan bahwa energi ternyata dapat berkonsentrasi di ruang-ruang dalam dan dasar piramida.
"Meskipun penelitian ini tampaknya tidak konvensional, pendekatan fisik modern telah digunakan untuk mempelajari Piramida," kata Grubisic-Cabo.
Namun, berhubung penelitian ini sangatlah teoritis, agaknya masih sulit untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Meski begitu, para peneliti berharap mereka dapat menciptakan efek konsentrasi yang sama pada ukuran skala nano.
(*)