Penulis
Intisari-Online.com – Beberapa pekan belakangan ini media online ramai dengan pengusutan pinjaman online, yang kemudian beberapa tertangkap pula pelakunya.
Tidak hanya soal pinjaman online, polisi pun menangkan 59 orang yang menjalankan judi online di Kota Pekanbaru, Riau.
Melansir dari kompas.com (18/10/2021), puluhan pelaku tersebut beroperasi di ruko Kompleks Pemuda City Walk di Jalan Pemuda, Kelurahan Tirta Siak, Kecamatan Payung Sekaki.
Pelaku tersebut menjalankan judi online melalui situs AFK77.ORG dan Jaya89.NET, yang mencari orang untuk bermain melalui nomor telepon yang sudah disiapkan.
Situs judi online tersebut dijalankan oleh pelaku sejak 10 Oktober 2021, dan sudah memiliki member atau anggota sebanyak 808 orang.
Menurut Teddy Ristiawan, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Riau, dari pengakuan pelaku, omzet judi online tersebut sekitar Rp20 juta per hari.
Seorang pria, yang berinisial FR dan tinggal di Jakarta, yang disebut sebagai pemilik judi online di Pekanbaru ini, dengan merekrut 59 orang pekerja, 49 di antaranya sebagai telemarketing.
Lalu, 6 orang custumer service (CS), 1 orang admin, 1 orang petugas sekuriti, dan 2 pelaku lainnya selaku OB.
Baca Juga: Kecanduan Judi Online, Pengangguran Ini Nekat Mencuri di Rumah Tetangganya Sendiri
Polisi masih memburu pelaku FR dan menelusuri dari mana pelaku mendapat ribuan nomor telepon orang lain tersebut.
Menurut Teddy, polisi akan berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi dan Informatika (Kominfo) untuk memblokir situs judi online tersebut.
Tapi tahukah Anda bahwa permainan haram tersebut ternyata pernah dilegalkan oleh orang nomor satu di Indonesia?
Tempat ini pernah menjadi arena judi para elite pengusaha rezim Orde Baru pada pertengahan tahun 90-an.
Melansir kompas.com (5/9/2014), tempat yang dimaksud adalah Pulau Christmas yang digunakan sebagai tempat kasino mewah.
Yang merekomendasikan dibukanya kembali kasino mewah di Pulau Christmas tersebut adalah Komite Parlemen untuk Pembangunan Kawasan Utara Australia.
Pulau Christmas, merupakan sebuah kawasan teritori milik Australia di Samudra Hindia, yang berjarak 1.600 kilometer dari Barat Laut Australia, namun hanya berjarak 300 kilometer saja dari Pulau Jawa.
Di pulau tersebut, terkenal dengan fasilitas pusat penahanan imigrasi para pencari suaka, pertambangan fosfat, dan lokasi migrasi tahunan kepiting merah.
Para pertengahan tahun 90-an, kawasan tersebut menjadi lokasi perjudian favorit kalangan elite pengusaha kaya pada masa rezim Soeharto, yang kebanyakan terbang langsung dari Jakarta.
Namun, sarana tersebut ditutup pada tahun 1998, ketika krisis keuangan melanda Asia, yang menyebabkan penghuni pulau tersebut berkurang setengah menjadi tinggal 1.300 orang saja.
Pemerintah federal pada tahun 2004 menolak permohonan untuk pembukaan kembali kasino tersebut, dengan alasan kehadiran kasino dikhawatirkan bisa menimbulkan dampak sosial yang buruk.
Namun, Komite Parlemen Commonwealth untuk Pembangunan Kawasan Australia mengingatkan kalau Pulau Christmas menghadapi masa depan perekonomian yang tidak menentu, kecuali di wilayah tersebut dikembangkan industri yang lebih berkelanjutan, seperti pariwisata.
Pertambahan fosfat di Pulau Christmas mungkin hanya bertahan dalam 20 tahun ke depan, tetapi kegiatan penahanan pencari suaka pasti akan terus berkurang.
Gordon Thomas, Sekjen Serikat Pekerja di Pulau Christmas sekaligus otoritas di kawasan Pulau Christmas, mengklaim bahwa 90 persen penduduk di Pulau Christmas mendukung usulan dihidupkannya kembali fasilitas perjudian di wilayah mereka.
Adalah Frank Woodmore, pengusaha properti asal Perth, Australia, yang menggagas pertama kali fasilitas kasino di Pulau Christmas, pada pertengahan tahun 80-an.
Saat itu, tahun 1981, Pemerintah Indonesia menutup tiga lokasi perjudian berizin, dengan alasan kehadiran fasilitas perjudian tidak sesuai dengan citra masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim.
Maka, dengan jarak Jakarta yang hanya satu jam penerbangan saja ke Pulau Christmas, maka pembangunan kasino dan rumah penginapan di tempat itu memberikan posisi unik untuk menarik kalangan elite pengusaha dan penjudi besar asal Indonesia maupun kawasan lain di Asia.
Jumlah pelancong yang mendatangi Pulau Christmas memang melonjak signifikan, pasca-dibukanya kasino dan rumah penginapan tersebut pada tahun 1993.
Yang akhirnya langsung mengubah wajah perekonomian di Pulau Christmas secara drastis, bahkan sektor bisnis swasta pun langsung meningkat pesat sebagai imbasnya.
Diakui dalam program ABC Four Courner pada tahun 2002, yang mengungkapkan bahwa Pulau Christmas mengakui pembukaan kasino tersebut mendapat dukungan dari sejumlah tokoh berkuasa di Indonesia, termasuk mendiang mantan Presiden Soeharto yang memberikan langsung restunya untuk pembukaan kasino tersebut.
Benar-benar bermandikan uang, pekan pertama pembukaan kasino itu saja meraup untung hingga 15 juga dolar Australia, yang setelah dua tahun, tercatat untung yang dapat diraup lebih dari 12 miliar dollar.
Pihak kasino menyediakan angkutan udara khusus bernama Archilles, untuk mencapai Pulau Christmas.
Pesawat ini membuka layanan pula dari Perth, Broome, Singapura, dan Jakarta, pada tahun 1996.
Namun, tahun 1997, pihak operator menghentikan layanannya, yang menyebabkan jumlah pengunjung kasino pun menyusut drastis.
Ketika krisis ekonomi melanda negara-negara di Asia pada tahun 1998, industri pariwisata ke Pulau Christmas pun hancur, pemilik kasino jatuh bangkrut dan akhirnya tutup.
Dari laporan komite parlemen tahun 2001, disebutkan bahwa dampak ekonomi akibat tutupnya kasino ini sangat ‘menghancurkan’. (*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari