Penulis
Intisari-Online.com -Beberapa waktu lalu, Singapura berencana menjalani hidup bersama virus corona seperti halnya dengan penyakit umum yang lain, seperti influenza.
Namun, kondisi terbaru Singapura menempatkan rencana menuju “hidup bersama Covid-19” yang diusung negara kota itu dalam bahaya.
Pasalnya, setelah memberlakukan pelonggaran pembatasan Covid-19, terjadi peningkatan kasus Covid-19.
Melonjaknya kasus juga mendorong Singapura untuk memberlakukan pelonggaran lanjut.
Buntut melonjaknya kasus Covid-19, Singapura memutuskan untuk menutup pembelajaran tatap muka (PTM).
Pembelajaran siswa sekolah dasar di negara tersebut akan dialihkan kembali ke daring menjelang ujian nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan Kementerian Pendidikan Singapura pada Sabtu (18/9/2021) menyusul munculnya 935 kasus Covid-19 baru pada Jumat (17/9/2021).
Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi di “Negeri Singa” sejak April tahun lalu, melansirReuters.
Siswa sekolah dasar kelas 1 hingga 5 akan berpindah ke pembelajaran berbasis online mulai 27 September hingga 6 Oktober.
Sementara siswa sekolah dasar kelas 6 akan mengambil cuti belajar selama beberapa hari mulai 25 September sebelum mengikuti ujian nasional.
Keputusan tersebut diambil untuk meminimalkan risiko penularan Covid-19 di sekolah dan mengurangi jumlah siswa yang dikarantina.
Menteri Pendidikan Singapura Chan Chun Sing mengatakan, keputusan tersebut diambil untuk melindungi siswa yang belum memenuhi syarat secara medis untuk vaksinasi.
“Dan memberikan ketenangan pikiran yang lebih besar kepada orang tua dan siswa,” kata Chan.
Sementara itu, lebih dari 80 populasi Singapura sudah diberi vaksin Covid-19.
Negara ini juga sedang mempertimbangkan untuk memvaksinasi anak-anak berusia di bawah 12 tahun pada awal 2022.