Belum Apa-Apa China Sudah Terancam, Rencananya Untuk Invasi Taiwan Gagal Total, Bukan Karena Gangguan Militer Dari Negara Lain Tetapi Faktor Alam Ini Penyebabnya

Afif Khoirul M

Penulis

Foto Kapal Selam China.

Intisari-online.com - Sudah bukan cerita lama jika China memang bernafsu ingin merebut paksa Taiwan.

China telah berulang kali melakukan provokasi militer ke wilayah Taiwan, namun belum melakukan invasi secara langsung.

Meski demikian Taiwan pun sudah ancang-ancang jika perang dengan China terjadi.

Mereka memborong beragam senjata militer canggih dari Amerika Serikat, untuk digunakan melawan China.

Baca Juga: Terbang Megah di Angkasa Sebagai Salah Satu yang Terbaik Sejagat, Faktanya Pesawat Tempur China Malah Tak Laku di Pasaran, 100 Persen Bukan Soal Kualitas Tapi

China sendiri ternyata juga telah menyiapkan rencana untuk melakukan serangan ke Taiwan.

Namun, belakangan rencana China tersebut gagal total, dan dikatakan China harus mengubah rencana awalnya.

Menurut 24h.com.vn, pada Minggu (4/7/21), militer China sudah bersiap untuk melakukan serangan demi merebut paksa Taiwan.

Mereka akan menggunakan jalur laut, kemudian kapal selam akan dikerahkan sebagai salah satu pendukungnya.

Baca Juga: Indonesia Sedang Terapkan PPKM Darurat, Mendadak TKA Asal China Masuk ke Makasar, Langsung Dikritik Habis-habisan oleh Netizen, IniPenjelasanDitjen Imigrasi

Namun, rencana itu gagal total, karena militer China mendapat peringatan tentang perubahan arus dan suhu di perairan timur Taiwan.

Dengan demikian, strategi perang kapal selam China harus diubah.

SCMP mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut yang mengatakan bahwa perubahan arus Kuroshio dapat mengancam strategi China untuk merebut Taiwan dengan paksa.

Daerah di sebelah timur Taiwan adalah tempat pangkalan militer utama Taiwan yang sulit diserang dari daratan.

Ini juga merupakan pusat dari rencana militer China, untuk melakukan serangan dari laut.

China menganggap Taiwan sebagai wilayah yang tidak dapat dilepaskan, dan harus diambil kembali dengan paksa jika perlu.

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah meningkatkan kegiatannya untuk mengancam Taiwan, seperti mendekati Taiwan baik di udara maupun di laut, dan meningkatkan latihan militer di timur Taiwan.

Baca Juga: Meski Banyak yang Meragukan Kemanjurannya, Rupanya Ini Alasan Indonesia Tetap Gunakan Vaksin Sinovac Meski Vaksin Buatan China Sering Diremehkan

Kuroshio adalah arus laut hangat yang berasal dari pulau Luzon di Filipina dan mengalir menuju daratan Jepang, mirip dengan Arus Teluk Atlantik.

Menurut sumber tersebut, meningkatnya aktivitas vulkanik di dasar laut dekat Okinawa telahmenyebabkan perubahan suhu laut di lepas pantai timur Taiwan, sehingga mempengaruhi arus laut.

Artinya jika kapal selam China diserang di daerah ini dan mencoba untuk kembali ke daratan, kemungkinan untuk melarikan diri sangat sulit karena bergerak melawan arus.

Selain itu, perubahan suhu laut juga menyebabkan awak kapal selam kehilangan torpedo.

Collin Koh, dari Nanyang Technological University di Singapura, mengatakan militer China telah menghabiskan beberapa dekade mempelajari Arus Kuroshio dan pengaruhnya terhadap perang kapal selam.

"China tentu akan dengan hati-hati mengevaluasi perubahan untuk membuat penyesuaian dalam rencananya untuk mengambil kembali pulau itu secara paksa," kata Koh.

Menanggapi ketegangan yang meningkat, baik daratan, AS dan Taiwan telah mengirim kapal survei ke perairan timur pulau itu.

Baca Juga: Waspada dengan Polah China-Rusia, Jepang Malah Singgung Soal Pearl Harbour kepada Amerika, Ungkap Insiden Serupa Bisa Terjadi, Tetapi Jepang yang Jadi Korbannya

Tekanan air, kedalaman, suhu, arus, salinitas dan fenomena lainnya didokumentasikan dengan baik karena mempengaruhi sistem sonar kapal selam.

Di lingkungan perang anti-kapal selam, Taiwan masih menang berkat teknologi Amerika.

Tetapi China secara dramatis meningkatkan kekuatan angkatan lautnya untuk menutup kesenjangan itu.

"Informasi baru tentang Arus Kuroshio tentunya akan berdampak pada lingkungan peperangan kapal selam di Taiwan," pungkas Koh.

Artikel Terkait