Penulis
Intisari-online.com -Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengkhawatirkan pembangunan situs nuklir China.
Ia nyatakan itu selama konferensi pers.
Kekhawatiran dinyatakan setelah seorang reporter ditanyai mengenai laporan Washington Post terkait China membuat lebih dari 100 silo rudal baru.
"Kurasa yang adil adalah mengatakan bahwa laporan ini dan perkembangan lain tunjukkan senjata nuklir China akan tumbuh lebih cepat, ungguli tingkat yang sudah diantisipasi.
"Pembangunan ini sangatlah mengkhawatirkan," ujar Price dikutip dari The Hill.
"Ini menyebabkan pertanyaan muncul mengenai niat China," ujarnya.
Price mengatakan AS dan China seharusnya bekerja sama untuk menurunkan "risiko destabilisasi lomba senjata" karena musuh "menyimpang dari strategi nuklir puluhan tahun yang didasarkan pada pencegahan minimum."
Ketegangan antara China dan AS telah meningkat karena berbagai alasan, termasuk ketidaksepakatan tentang hak asasi manusia dan Taiwan.
China sebelumnya telah memperingatkan negara-negara lain untuk "berhenti memfitnah China, berhenti mencampuri urusan dalam negeri China, dan berhenti merugikan kepentingan China."
Jeffrey Lewis, direktur Program Nonproliferasi Asia Timur untuk Pusat Studi Nonproliferasi James Martin, Institut Studi Internasional Middlebury di Monterey, berhasil membuktikan kebenaran dari laporan The Washington Post.
Dalam tulisannya di Foreign Policy, di gurun di provinsi Gansu, China, di luar kota kecil bernama Yumen, ada sejumlah besar struktur sesuai dengan silo rudal di Jilantai.
Sebelumnya China sudah membangun sejumlah silo rudal berbeda di dekat pusat latihan Jilantai, Mongolia Dalam.
Namun jika di Jilantai hanya ada 16 silo di setiap strukturnya, situs nuklir dekat Yumen memiliki hampir 120.
Silo-silo ini kemungkinan untuk rudal bersenjata nuklir terbaru China, DF-41.
Mengingat China memiliki pasukan sekitar 100 rudal balistik antar benua, melihat 100 silo sedang dibangun sangatlah mencengangkan.
Situs itu sendiri seluas 700 mil persegi, selain silo, ada juga bunker bawah tanah yang sedang dibangun.
Konon katanya bunker ini akan berfungsi sebagai pusat peluncuran, dengan parit yang membawa kabel ke 10 peluncur silo yang berbeda.
Kemudian dilengkapi jalan dan pangkalan militer kecil.
Skala konstruksinya terbilang mengejutkan.
Lebih mengejutkan lagi, China baru saja merintis situs itu beberapa bulan lalu tepatnya sejak Februari.
Sedikit aneh bagi China membangun ratusan silo, karena silo mudah ditemukan dan bisa menjadi sasaran rudal modern yang akurat.
Bisa saja China membangun silo lain untuk umpan , seperti rencana AS dengan rudal MX tahun 1970-an, membangun 23 silo untuk setiap satu rudal MX kemudian memindahkan rudal di antara silo-silo itu untuk memaksa Uni Soviet menarget mereka semua.
Rencana lalu berubah menjadi penyimpanan horizontal.
Trik ini disebut permainan cangkang.
Jumlah senjata nuklir dari tiga negara: AS, Rusia dan China masih lebih rendah daripada era Perang Dingin.
Namun jumlah yang dimiliki AS saat ini sudah cukup sebanding dengan yang mereka miliki selama krisis rudal Kuba, dulunya mencapai 3500 senjata nuklir.
Menurut Lewis, belajar dari Krisis Kuba, China seharusnya bisa diajak dalam kerjasama non proliferasi guna menghindari sama-sama mati di tengah saling serang dengan senjata nuklir.