Kasusnya Sudah 15 Tahun Lalu Bahkan Telah Dilupakan Orang Indonesia, Perkara Taipan Indonesia Masih Diungkit Media Asia, Sebut Miliarder Indonesia Ini Utang Rp1,4 Triliun pada Rakyat Indonesia

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Warga arak ogoh-ogoh Abu Rizal Bakrie pada 2015

Intisari-Online.com - Lima belas tahun sejak banjir lumpur dan gas Lapindo di desa Jawa Timur, perusahaan yang dikendalikan oleh taipan batubara Aburizal Bakrie masih harus membayar setidaknyaRp 1,4 triliun kompensasi untuk menyebabka karena menyebabkan bencana.

Meskipun aliran lumpur telah dibendung oleh tanggul sejak akhir 2008 – dan sekarang hanya mengeluarkan sebagian kecil dari 120.000 meter kubik per hari pada puncaknya – para ahli memperkirakan efek setelahnya akan terus menjadi masalah untuk 30 tahun ke depan.

Karena tanggulnya hanya terbuat dari tanah yang dipadatkan, masih ada bahaya nyata dari hujan monsun yang lebat atau peningkatan aktivitas seismik yang memicu bencana lebih luas.

“Sungguh membingungkan bagi saya bahwa lumpur masih mengalir,” kata salah satu sumber yang terlibat dalam proyek tersebut pada saat terjadi semburan sebagaimana dilansir Asia Times, Rabu (9/6/2021).

Baca Juga: Harta Nia Ramadhani Diklaim Tak akan Bisa Habis, Faktanya Tahun Ini Kekayaan Ardi Bakrie Amblas Rp1,55 Triliun, Ini Pemicunya!

"Ada banyak bukti dalam seismik fitur bawah permukaan, tapi kami pikir kami sedang mengebor karang, bukan gunung berapi."

Gunung lumpur bukanlah gunung berapi karena tidak menghasilkan magma.

Mereka biasanya terbentuk ketika air panas dari jauh di bawah permukaan bercampur dengan deposit mineral bawah tanah dan dipaksa ke atas melalui patahan geologis.

Para pejabat mengatakan Desember lalu mereka masih mempertimbangkan cara untuk mengumpulkan pinjaman Rp 700 miliar yang diambil oleh PT Lapindo Brata milik Bakrie dan anak perusahaan PT Minarak Lapindo Jaya sebagai kompensasi untuk banyak korban.

Baca Juga: Nia Ramadhani Dimanja Aburizal Bakrie, Ini 5 Cara Jitu Agar Menantu Bisa Dekat dengan Mertuanya!

Lapindo mengklaim telah membayar sebanyak Rp 8 triliun sebagai bagian dari tanggap darurat dan pemukiman kembali korban.

Tetapi Badan Pemeriksa Keuangan (BKS) mengatakan mereka sekarang masih bertanggung jawab atas Rp 1,5 triliun.

Harian Kompas baru-baru ini menerbitkan sebuah cerita ulang tahun tentang kisah yang sudah berjalan lama, melaporkan bahwa Lapindo juga berutang $53 juta lagi kepada penduduk desa yang terlantar.

Menurut Kompas, Rp 54,3 miliar dari Rp3,82 triliun yang diberikan kepada penduduk setempat masih belum terbayar, bersama dengan Rp 701 miliar sebagai kompensasi yang diduga terutang kepada sekitar 30 perusahaan yang pabriknya hancur akibat kebakaran hutan.

Baca Juga: Berita Path Tutup - Dulu Pernah Dibeli Bakrie, Sekarang Bikin Haru Warganet

Tidak jelas, bagaimanapun, berapa banyak yang dapat diperebutkan.

Sumber yang mengetahui kasus tersebut mengatakan bahwa seperti banyak proyek publik, pencatut biasanya membeli sebidang tanah dari pemilik asli , kemudian menaikkan harga di luar nilai pasar.

Setelah terdaftar sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia, Bakrie kini tidak muncul dalam daftar 50 orang kaya terbaru versi Forbes, dipimpin oleh Robert dan Michael Hartono, pemilik Bank Central Asia (BCA), bank swasta terbesar di negara itu, dan rokok Djaram.

“Dia (Bakrie) telah bersembunyi,” kata seorang analis keuangan, menunjuk pada penurunan tajam kekayaan taipan berusia 74 tahun itu sejak jatuhnya harga batu bara tahun lalu.

“Saya pikir yang harus dibayar begitu besar sehingga membayangi asetnya. Bank tidak mau berurusan dengan mereka sama sekali.”

(*)

Artikel Terkait