Pantas Saja China Mencak-Mencak Waktu Laboratorium Wuhan Diselidiki, Ternyata AS Buktikan China Produksi Senjata Biologis Untung Perang Dunia III, Apakah Covid-19 Termasuk?

Afif Khoirul M

Penulis

Menurut laporan AS Penelitian senjata biologis dilakukan secara diam-diam selama beberapa dekade, yang dipersiapkan jika Perang Dunia III terjadi.

Intisari-online.com - Sebuah laporan mengejutkan baru-baru ini dibocokan oleh Amerika Serikat.

Ada kecurigaan puluhan senjata biologis sedang diteliti oleh China di sebuah laboratorium rahasia.

Penelitian tersebut dilakukan secara diam-diam selama beberapa dekade, yang dipersiapkan jika Perang Dunia III terjadi.

Melansir Kompas.com, negeri panda memiliki setidaknya 50 laboratorium rahasia.

Baca Juga: Ogah Terus-Terusan Dituduh Covid-19 Dari Kebocoran Laboratoirum Wuhan, China Laporkan Detail Penyelidikannya Terhadap Laboratoirum Wuhan Begini Hasilnya

Para peneliti di dalamnya disebut-sebut sedang mengembangkan bom bakteri seperti Anthrax dan kemungkinan Covid-19.

Kecurigaan itu muncul sebagai buntut dari penyelidikan dan tuduhan bahwa Covid-19 bocor dari laboratorium Wuhan.

Menurut The Sun Jumat (11/6/21), ada bukti Covis-19 mungkin telah direkayasa, namun China menyangkal tuduhan tersebut.

Namun, kecurigaan tersebut dilaporkan Amerika setelah meneliti beberapa bukti terkait hal itu.

Baca Juga: Pantas Saja China Ngotot Ogah Akui Asal-Usul Covid-19 dari Kebocoran di Laboratorium Wuhan, Rupanya Hal Buruk Ini Bakal Akan Diterima China Jika Tuduhan Itu Terbukti Benar

Kecurigaan Amerika muncul bahwa China memproduksi senjata biologis, salah satunya Covid-19, berawal dari laporan sejumlah dokumen yang diperoleh AS.

Isi dokumen itu, menunjukkan komandan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), meyakini perang di masa depan akan menggunakan senjaa biologis.

Dalam dokumen yang bocor itu, disebutkan bahwa senjata biologis dan senjata genetik akan menjadi senjata utama untuk kemenangan perang.

Dokumen itu, menjelaskan secara rinci kondisi sempurna untuk menggunakan senjata utama tersebut.

Bahkan, pejabat departemen Luar Negeri Amerika menyerukan bahaya terhadap China dalam beberapa laporan dan sebagiannya rahasia.

Laporan pertama dirilis pada April, isinya memperingatkan hubungan dekat militer China dengan laboratorium sipilnya.

Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa penelitian senjata biologis bisa berfungsi ganda.

Baca Juga: Menguak Laporan Rahasia Unit Z, Agen Intelijen Amerika yang Menyelidiki Covid-19 Berasal dari Laboratorium Wuhan, Rupanya Begini Hasil Penyelidikannya

Laporan Amerika, juga menyatakan China diyakini memiliki sejarah senjata biologis, yang mengandung racun botulinum dan agen penyebab Anthrax, kolera, wabah dan tulaerima.

Pejabat AS juga menyelidiki apakah China mematuhi Konvensi Senjata Biologis (BWC) yang diluncurkan untuk melaran senjata biologis tahun 1984.

"Informasi yang tersedia, menunjukkan China terlibat dalam kegiatan yang menimbulkan kekhawatiran sehubung dengan kewajiban berdasarkan pasal I BWC," kata laporan itu.

Para ilmuwan AS pada 2002, menunjuk beberapa situs yang diduga terlibat dalam penelitian racun dan patogen yang mematikan.

Salah satunya laboratoirum di Yan'an yang dikhawatirkan telah mengerjakan 4 jenis senjata bilogis termasuk granat bakteri dan bom berjenis bakteri asap.

Lalu, kota-kota lain termasuk Changcun, Kunming, Shenyang, hingga Wuhan juga terlibat dalam penelitian yang terkait dengan perang biologis.

Kementerian Luar Negeri AS, dilaporkan mengidentifikasi 2 fasilitas di China yang diduga memiliki hubungan dengan program senjata biologis untuk perang.

Baca Juga: China Tak Bisa Berbohong Lagi,Dokter Amerika Ini Tahu Apa yang Terjadi di Laboratorium Wuhan, Donald Trump Langsung Ngamuk Karena Dirinya Jadi 'Korban'

Fasilitas tersebut merujuk pada Akademi Ilmu Kedokteran Militer Institut Mikrobiologi dan Epidemiologi Kementerian Pertahanan Chian di Beijing dan Institut Produk Biologi Lanzhou.

China kemudian namun bersikeras membantahnya, bahwa yang pertama adalah fasilitas yang berfokus pada biodefense dan yang terakhir adalah produksi vaksin.

Setidaknya ada 50 laboratorium dan rumah sakit lain yang digunakan sebagai fasilitas penelitian canggih untuk melakuka penelitian senjata biologis, menurut laporan AS.

Faktanya fasilitas yang dikelola negara tersebut, memang dijaga ketat dan hampir tidak mungkin untuk dijabarkan.

Artikel Terkait