Secara total, menurut data yang dirilis oleh International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), negara-negara di klub nuklir mengalokasikan 72,6 miliar dollar AS (Rp1035 T) untuk pengembangan senjata nuklir pada 2016. lalu.
AS adalah pemimpin mutlak dalam peringkat ini.
Pentagon menyumbang 37,4 miliar Dollar AS (Rp533 T), China peringkat kedua dengan anggaran nuklir 10,1 miliar Dollar AS (Rp149 T), di tempat ketiga adalah Rusia, yang menghabiskan sekitar 8 miliar Dollar AS (Rp114 T), TASS melaporkan.
Rusia menghabiskan sekitar 4,7 kali lebih sedikit uang untuk senjata nuklir daripada Amerika Serikat.
Pada saat yang sama, Washington menuduh Moskow memproduksi terlalu banyak hulu ledak nuklir.
Oleh karena itu, Direktur Departemen Intelijen Pertahanan AS (DIA), Letnan Jenderal Scott Berrier, selama sidang kongres, mengatakan bahwa Federasi Rusia secara aktif memperbarui persenjataan dan produksi nuklirnya dengan hulu ledak "ratusan tahun".
Scott Berrier juga berpendapat, "Rusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan kekuatan dengan rudal jelajah presisi jarak jauh dan kemampuan ekspedisinya terbatas."