Penulis
Intisari-online.com 0Bulan Ramadhan menjadi bulan yang penting bagi Nabi Muhammad SAW.
Pasalnya banyak kisah dan sejarah penting terjadi pada bulan yang suci ini.
Salah satunya adalah peristiwa Perang Badar.
Perang itu terjadi pada 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah.
Dalam perang itu, Nabi Muhammad SAW harus kehilangan anak putrinya dari istri pertamanya, Siti Khadijah binti Khuwaiid.
Ialah Sayyidah Ruqayyah atau Ruqayyah binti Muhammad.
Buku 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam (2015) karangan Bassam Muhammad Hamami menceritakan Ruqayyah lahir di Mekah pada tahun 20 sebelum Hijirah atau tahun 603.
Ia dinikahkan dengan sepupunya, Utbah bin Abu Lahab.
Suami Ruqayyah adalah anak dari Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW yang menjadi musuh Nabi sendiri.
Setelah Muhammad diangkat menjadi Nabi, Ruqayyah pun ikut masuk Islam.
Namun suaminya tidak mengikuti langkahnya.
Abu Lahab dan istrinya, yang merupakan mertua Ruqayyah, terus-terusan memfitnah dan mencelakai Rasulullah SAW.
Sampai akhirnya Uthab diminta Abu Lahab menceraikan Ruqayyah.
Ruqayyah sendiri belum disentuh sama sekali oleh Uthab.
Akhirnya perceraian itu pun terjadi.
Siapa sangka, Allah tidak menunggu waktu lama untuk memberikan jodoh yang jauh lebih baik kepada Ruqayyah.
Rupanya ada seorang pemuda Quraisy yang bermartabat dan berasal dari keluarga terhormat yang sudah lama menyukainya.
Ialah Usman bin Affan, yang setelah mendengar kabar perceraian Ruqayyah langsung mendatangi Rasulullah SAW untuk meminang anaknya.
Namun usai menikah penyiksaan terhadap kaum muslim bertambah buruk.
Ruqayyah dan suaminya diminta Rasulullah SAW berhijrah ke negeri Habasyah.
Setelah itu mereka mendengar kabar jika Mekah sudah aman, sehingga pasangan suami istri itu segera kembali ke Mekah.
Namun kondisinya jauh dari kata aman.
Mekah hanya bisa mereka masuki pada malam hari.
Kemudian sesampainya di rumah Ruqayyah melepas kerinduan bersama keluarganya, tapi naas, Khadijah sang ibu sudah meninggal dunia saat itu.
Ruqayyah menangis tak henti-henti, dan hanya Rasulullah SAW yang berhasil menenangkannya.
Keadaan Mekah belum bagus saat itu, sehingga Rasul memerintahkan untuk hijrah ke Madinah.
Ruqayyah menjadi wanita yang melakukan dua kali hijrah, kini hijrah kedua ditambah putra Ruqayyah dan Usman, Abdullah bin Usman.
Madinah menjanjikan kehidupan damai dan aman, tapi itu tidak berlangsung lama.
Putra Ruqayyah juga harus meregang nyawa akibat demam tinggi.
Ruqayyah semakin sedih, ia jatuh sakit dan menderita demam tinggi.
Di saat yang sama Rasulullah SAW memerintahkan melakukan perang Badar, yang dipenuhi seruannya pertama kali oleh Usman bin Affan.
Namun Rasul memintanya menggantikan beliau di Madinah dan mendampingi Ruqayyah dan merawatnya selama sakit.
Baca Juga: Berkuasa Lebih dari 600 Tahun, Bagaimana Kekhalifahan Turki Ustmani Bisa Runtuh?
Usman terus berada di samping sang istri, tapi Ruqayyah semakin hari semakin menderita dan dibayang-bayangi oleh kematian.
Dan tepat ketika Perang Badar dimenangkan oleh umat muslim, Ruqayyah menghembuskan napas terakhirnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini