Penulis
Intisari-online.com - Belakangan ini ada sebuah kabar cukup unik dari Korea Selatan, di mana makhluk sepanjang 10 centimeter berhasil membuat Korsel Kalang-Kabut.
Melansir 24h.com.vn, makhluk laut kecil dan transparan ini memiliki panjang hanya 10 cm.
Tetapi berhasil menimbulkan kerugian besar bagi industri nuklir Korea Selatan.
Korsel sampai mematikan reaktor nuklirnya untuk meminimalisir kerugian mereka.
Menurut Bloomberg News pada Kamis (8/4/21), monster tersebut adalah salp laut makhluk laut mirip ubur-ubur, berukuran kecil, panjang kurang dari 10 cm.
Hewan ini telah "menginvasi" dan memblokir sistem pendingin di reaktor No. 1 Hanul dan No. 2 dari Perusahaan Tenaga Nuklir dan Tenaga Air Korea.
Hal ini bahkan sampai memaksa kedua reaktor ini berhenti bekerja pada 6 April.
Salp laut berukuran kecil tetapi dapat dihubungkan bersama untuk membentuk rantai sepanjang beberapa meter dan diibaratkan sebagai lampu kristal di lautan.
Ini adalah kedua kalinya dalam waktu kurang dari 3 minggu reaktor-reaktor ini dihentikan oleh salp laut.
Dua reaktor nuklir, masing-masing berkapasitas 950 Megawatt, ditutup pada akhir Maret tahun ini.
Menurut Bloomberg, kerusakan akan semakin besar jika kedua reaktor nuklir tersebut terus berhenti bekerja.
Jika mengubah jumlah listrik yang dihasilkan dalam 8 hari saat kedua reaktor berhenti bekerja untuk menghasilkan listrik menggunakan gas alam cair, dibutuhkan sekitar 60.000 ton, kata analis Bloomberg, Mattei, dengan bahan bakar senilai 21,8 juta dollar AS
Yu Ok Hwan, wakil direktur Institut Sains dan Teknologi Kelautan Korea, mengatakan.
Salps laut biasanya muncul banyak pada bulan Juni tetapi tahun ini muncul awal Maret karena arus laut yang luar biasa panas.
"Kami tidak dapat memastikan bahwa lonjakan salp laut terkait dengan perubahan iklim atau faktor lainnya," Youn Seok-hyun, seorang ilmuwan di National Fisheries Science Institute dari Korea, kata.
"Ini masih harus dianggap sebagai fenomena sementara, kecuali jika terulang terus menerus selama beberapa dekade," tambahnya.
Menurut Chae Jinho, kepala Laboratorium Penelitian dan Informasi Kelautan, jumlah garam laut terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
"Mengikuti tren saat ini, kemungkinan kita akan terus melihat reaktor nuklir ditutup di masa depan," kata Chae.
Korea saat ini memiliki 24 pembangkit nuklir yang beroperasi dengan total kapasitas lebih dari 23 Gigawatt.