Penulis
Intisari-Online.com – Kalau Anda ingin memiliki hewan peliharaan, tentunya Anda akan memilih hewan yang lucu, menggemaskan, dan mungkin memiliki bulu-bulu yang indah.
Pilihan anjing dan kucing, menjadi hewan peliharaan yang memiliki kriteria di atas.
Bagaimana dengan reptil?
Meski punya warna yang indah, ular tak selalu bisa dijadikan hewan peliharaan.
Nyatanya, ada juga kok orang-orang yang memilih hewan ini menjadi hewan peliharaan mereka.
Jika merasa terancam reptil itu tak akan segan-segan melancarkan serangan, terlebih ular yang merasa di rantai teratas para predator.
Jika kita naik mesin waktu dan pergi ke Kolombia saat 60 juta tahun, Anda akan menemukan ular raksasa yang panjangnya melebihi bis sekolah.
Ular itu menjadi predator paling berkuasa pada periode Paleosen, 65,6-55,8 juta tahun yang lalu, setelah kemusnahan dinosaurus terjadi.
Bagaimana tidak, dengan panjang yang mencapai 14,6 meter, Titanoboa sudah terlampau besar meskipun menurut standar masa itu di mana hewan-hewan besar tercipta dalam kondisi lembab dan beruap.
Bobot Titanoboa juga diperkirakan mencapai 1,13 ton.
Dengan tubuh yang raksasa tersebut, tidak heran bila monster ular ini bisa membelit dan menelan buaya utuh-utuh.
Dikutip dari BYU, penemuan Titanoboa berawal saat tim peneliti mengunjungi tambang batubara terbesar di dunia di Cerrejón di La Guajira, Kolombia, pada tahun 2002.
Saat itu, peneliti sedang mempelajari penemuan berupa fosil daun dari seorang mahasiswa asal Kolombia.
Fosil tersebut memberi petunjuk tentang keberadaan kawasan hutan hujan kuno di jaman Paleosen di lokasi tersebut.
Lalu, ekspedisi yang dipimpin oleh Smithsonian Tropical Research Institute di Panama dan Museum Sejarah Alam Florida di University Florida dilakukan untuk meyakinkan asal muasal fosil daun tersebut.
Hasilnya, peneliti meyakini lokasi tersebut merupakan hutan hujan pertama di bumi.
Para peneliti juga menemukan fosil ular, buaya raksasa, serta tanaman kacang-kacangan, pisang, alpokat dan cokelat.
Jonathan Bloch dari Museum Sejarah Alam Florida dan Carlos Jaramillo dari STRI yang merupakan pakar terkemuka di dunia dalam ular purba bergabung dalam penelitian tersebut untuk menguak dan belajar lebih banyak tentang bagaimana Titanoboa hidup dan berburu.
Fosil menunjukkan bahwa setelah masa kepunahan dinosaurus, suhu daerah tropis lebih hangat dari hutan masa sekarang.
Saat itu, hutan hujan pertama di Amerika Selatan pun terbentuk dan makhluk besar berjuang untuk menjadi pemangsa puncak bumi, termasuk Titanoboa.
Kini nenek moyang ular itu dapat disaksikan kembali di Monte L. Bean Life Science Museum di Universitas Brigham Young, Utah, Amerika Serikat.
Model Titanoboa dibuat dengan skala penuh, lengkap dengan buaya yang setengah tertelan di mulutnya.
Pameran bertajuk Titanoboa: Monster Snake juga memberi kesempatan kepada pengunjung untuk membandingkan kulit reptil modern dan nenek moyang mereka, ini berlangsung pada Maret 2018 lalu.
Selain itu, ada juga video dan kegiatan khusus untuk anak-anak.
Model Titanoboa dipinjam dari Smithsonian Institution Travelling Exhibition Service. (Lutfy Mairizal Putra)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari