Penulis
Intisari-Online.com - Israel dan Hizbullah telah lama terlibat dalam konflik.
Melansir The Jerusalem Post, Kamis (4/3/2021), wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem menekankan bahwa Hizbullah bermaksud untuk "tetap dalam keadaan pertahanan".
Tetapi mereka akan membuat Israel "melihat akibat" jika menyerang kelompok teroris Lebanon.
Qassem mengungkapkan pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara dengan Al-Mayadeen pada Rabu malam.
"Hizbullah dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak berniat memulai perang," kata Qassem.
"Israel harus memahami bahwa arena tidak terbuka untuk itu, dan hari ini pertempuran akan dilakukan di dalam entitas Israel."
Merujuk pada seorang teroris Hizbullah yang tewas dalam serangan udara Israel di Damaskus Juli lalu, Qassem memperingatkan bahwa "ketika mereka menyerang saudara kami di Suriah, kami memutuskan bahwa kami akan menanggapi serangan ini, dan [keputusan untuk] menanggapinya adalah masih di ada," menurut Al-Mayadeen.
Perbatasan utara Israel semakin memanas sejak insiden tersebut di tengah ancaman lanjutan oleh Hizbullah untuk melakukan serangan balas dendam terhadap Israel sebagai tanggapan atas kematian tersebut.
Mengenai ledakan di Pelabuhan Beirut, Qassem mengatakan penyelidikan sedang berlangsung.
Penyelidikan itu untuk memperjelas apakah insiden tersebut disebabkan oleh tindakan sabotase, kesalahan atau serangan Israel.
Qassem menambahkan bahwa investigasi yang dilakukan oleh AS, Prancis dan Jerman yang bocor menemukan "kesalahan yang dilakukan, bukan tindakan kriminal yang disengaja."
Pejabat Hizbullah menuntut agar penyelidikan diungkapkan sehingga keluarga dapat menerima kompensasi dari perusahaan asuransi dan menekankan bahwa bukan tugas Hizbullah untuk mengumumkan hasil penyelidikan, melainkan tugas peradilan dan otoritas terkait.
Qassem menambahkan bahwa "ada sekelompok politisi Lebanon yang tugas utamanya adalah mengaitkansetiap insiden secara langsung dengan Hizbullah untuk mendiskreditkannya," menurut Al-Mayadeen.
Pejabat Hizbullah juga menolak seruan untuk netralitas dan pelucutan senjata Hizbullah.
Mereka menyatakan bahwa itu adalah "arahan Amerika" dan bahwa "internasionalisasi salah, netralitas tidak dapat dijalankan, dan subjek merusak senjata perlawanan adalah melemahnya Lebanon.”