Penulis
Intisari-Online.com -Pada Agustus 1981, Sylvia Quayle ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di rumahnya di Cherry Hills, Colorado, AS.
Ia dibunuh setelah mengalami pelecehan seksual.
Mayatnya ditemukan oleh ayahnya dalam keadaan berlumuran darah dan beberapa kukunya patah.
Polisi menemukan, kabel telepon telah diputus dan layar dari jendela kamar mandi Quayle telah dilepas dan dibuang ke dalam hutan.
Baca Juga: Jarang Diketahui, Begini Kisah di Balik Drupadi yang Punya Lima Suami Pandawa
Polisi telah menghabiskan penyelidikan selama beberapa dekade.
Namun, mereka tidak berhasil memecahkan teka-teki dan pelaku pembunuhan tersebut.
Kini, berselang hampir 40 tahun kemudian, kasus tersebut terpecahkan dan polisi akhirnya bisa menarik napas lega.
Kepala Polisi CHVPD Michelle Tovrea dalam konferensi pers mengatakan temuan tersebut sangat menakjubkan.
Bukti DNA yang diambil dari kaleng minuman ringan membantu polisi memecahkan kasus pembunuhan berusia puluhan tahun di Colorado, Amerika Serikat ( AS).
Dalam memecahkan kasus tersebut, penyelidik menggunakan metode yang relatif baru yang disebut genelogo genetik sebagaimana dilansir dari New York Post, Jumat (26/2/2021).
Dalam metode tersebut, polisi melacak tersangka menggunakan DNA dari anggota keluarga yang informasi biologisnya terekam.
Data yang berhasil terekam berasal baik dari pemerintah federal AS atau perusahaan swasta yang setuju untuk menyerahkan catatannya kepada penegak hukum.
Dalam hal ini, FBI bermitra dengan perusahaan bernama United Data Connect untuk melacak DNA pada kaleng Coca Cola Vanilla yang diambil dari tempat kejadian perkara (TKP).
Hasil dari tes DNA tersebut, polisi mendapatkan pencerahan dan mengarahkan mereka kepada seorang pria bernama David Anderson dari Nebraska, AS.
9News Denver melaporkan, Anderson kini dituduh membunuh Sylvia Quayle di Cherry Hills, Colorado, AS hampir 40 tahun lalu.
Menurut Jaksa Wilayah, Anderson akan diadili berdasarkan undang-undang yang berlaku pada 1981.
Itu berarti, dia bisa dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan kemungkinan pembebasan bersyarat setelah 20 tahun jika dia terbukti bersalah.
Dia menghadapi dua tuduhan pembunuhan tingkat pertama, menurut catatan pengadilan.