Penulis
Intisari-Online.com - Hari Selasa (19/1/2021) ini merupakan hari terakhir Donald Trump menjabat sebagaiPresiden Amerika Serikat (AS).
Sebab, besok Rabu (20/1/2021), Joe Biden akan dilantik sebagai Presiden AS ke-46.
Walau begitu, Trump masih akan memegang jabatan sebagai Panglima Tertinggi di AS sampai besok Rabu.
Dan sepertinya, Trump benar-benar menggunakan waktu-waktu terakhirnya untuk membuat dunia heboh.
Bagaimana tidak, menjelang pelantikan Biden, Trump justru telahmeningkatkan ketegangan Laut China Selatan dengan kekuatan besar.
Apa yang presiden 74 tahun itu lakukan?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Selasa (19/1/2021), pergerakan kekuasaan terbarunya di Beijing melibatkan penargetan China National Offshore Oil Corp (CNOOC) yang melakukan pengeboran di perairan yang dekat dengan negara tetangga Vietnam dan Filipina.
Wilbur Ross, Sekretaris Perdagangan AS, mengatakan raksasa minyak itu bertindak seperti "pengganggu" dan mengintimidasi tetangganya.
Sementara China membalas dengan klaim penindasan AS dan "standar ganda".
Itu adalah salah satu dari beberapa sanksi yang diperkenalkan oleh AS untuk menekan China di hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Trump.
Sembilan perusahaan China ditambahkan ke daftar perusahaan yang diduga memiliki hubungan dengan militer China, termasuk pembuat smartphone Xiaomi Corp.
Seorang pejabat AS mengatakan sanksi terhadap CNOOC tidak akan berlaku untuk usaha patungan yang ada di luar Laut China Selatan, atau eksplorasi hidrokarbon.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan: “Amerika Serikat mendukung negara-negara penggugat Asia Tenggara yang berusaha untuk mempertahankan hak dan kepentingan kedaulatan mereka, sesuai dengan hukum internasional."
"Kami akan terus bertindak sampai kami melihat Beijing menghentikan perilaku koersifnya di Laut China Selatan."
Zhao Lijian, juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan pada pengarahan hari Jumat: "Tindakan oleh pemerintahan Trump ini, sekali lagi, menunjukkan kepada publik, kepada komunitas internasional apa itu unilateralisme, standar ganda dan intimidasi."
Ini mengikuti ancaman dari China pada hari Senin atas sanksi lebih lanjut terhadap AS atas Taiwan.
Juru bicara kementerian Hua Chunying mengatakan pada sebuah pengarahan: "Karena tindakan yang salah dari Amerika Serikat, China telah memutuskan untuk menjatuhkan sanksi kepada pejabat AS yang bertanggung jawab yang telah terlibat dalam perilaku buruk terkait masalah Taiwan."
Biden dari Partai Demokrat akan dilantik sebagai presiden pada hari Rabu, yang berarti Departemen Luar Negeri yang baru akan mengambil alih.
Analis Commodore C. Uday Bhaskar, direktur thinktank Society for Policy Studies di New Delhi, telah berbicara tentang bagaimana hubungan antara AS dan China dapat berkembang.
Saingan negara adikuasa itu juga bersitegang atas tuduhan perdagangan, virus corona dan hak asasi manusia.
Menulis di South China Morning Post, dia mengatakan Beijing akan dengan hati-hati menyambut Biden.
"Pendekatan Biden kemungkinan besar lebih multilateral dan kolektif daripada kebijakan Trump untuk melakukannya sendiri," ucapKomodor Bhaskar.
"Beijing dengan hati-hati menyambut pengangkatan Biden."
"Dengan harapan dia akan mengakhiri sikap perang dingin Trump dan kembali ke pendekatan yang masuk akal dalam hubungan bilateral."
Bagaimana menurut Anda?