Penulis
Intisari-Online.com - Pada Jumat malam, IDF menyerang target Hamas di Jalur Gaza sebagai tanggapan atas roket yang ditembakkan dari Gaza ke wilayah Israel pada malam sebelumnya.
Selama operasi IDF, lokasi produksi senjata roket menjadi sasaran selain infrastruktur bawah tanah dan pos militer Hamas.
Akibat serangan itu, dua warga Palestina dilaporkan mengalami luka ringan.
Menurut Ynet, sebuah sumber di Gaza mengatakan bahwa pecahan peluru yang disebabkan oleh pemboman tersebut menghantam sebuah rumah sakit untuk anak-anak dan sebuah pusat penyandang cacat yang terletak di Gaza.
"Serangan IDF tidak akan menghentikan keinginan rakyat Palestina, tetapi memperkuat tekad mereka untuk menuntut hak-hak mereka," bunyi pernyataan Hamas yang dirilis setelah serangan itu.
Sebelumnya Jumat malam sirene terdengar di komunitas perbatasan Gaza di Ashkelon, Mavki'im, Karmiya, Zikim dan Nativ Ha'asara.
Melansir The Jerusalem Post, Sabtu (26/12/2020), IDF segera mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan rudal Iron Dome-nya mencegat dua rudal di atas kota Ashkelon.
Berbicara mengenai roket-roket yang diluncurkan Hamas ke Israel, rupanya hal itu cukup membuat pasukan Israel kalang kabut.
Israel sebenarnya menganggap roket-roket milik Hamas dan Hizbullah sebagai "rudal bodoh" karena ketika diluncurkan tanpa menggunakan sistem pemandu sehingga bisa menghantam apa saja.
Karena tanpa sistem pemandu itulah roket-roket yang diluncurkan dalam jumlah besar malah sulit ditangkis dan membuat miiter Israel kalang kabut.
Katyusha. Nama inilah yang jadi pembicaraan paling hangat selama konflik Israel -Hizbullah dan Hamas berlangsung.
Maklum saja, sejumlah kota-kota di Israel tanpa ampun mendapat gempuran roket-roket buatan Soviet itu.
Selama pertempuran pada tahun 2006 sedikitnya ada 3.970 roket Katyusha diluncurkan Hizbullah.
Sementara total jumlah roket dan rudal permukaan-permukaan yang dimiliki diperkirakan mencapai 13.000 hingga 14.000 unit.
Sejumlah media Barat yang bingung dengan jenis roket Hizbullah kerap menyebut Katyusha sebagai rudal.
Bisa jadi sebutan itu keliru. Pasalnya jika disimak lebih teliti, Katyusha tak lain roket artileri berpeluncur multi.
Artinya untuk menghatam targetnya, setiap unit Katyusha tak dibekali sistem pemandu (unguided).
Seperti juga meriam artileri, satu-satunya pegangan agar roket bisa akurat menghantam sasaran berasal dari koordinat target yang dipasok pasukan pegintai di garis depan.
Kelebihan dari Katyusha dibading meriam terletak pada kemampuannya menciptakan efek hantaman untuk satu area yang lebih dahsyat dalam tempo singkat.
Nama Katyusha mulai berkibar sejak zaman PD II.
Kala itu pasukan Soviet memakainya untuk mengganjal gerak maju balatentara Nazi Jerman.
Generasi pertama Katyusha muncul dengan kode BM-13 (kaliber 132 mm), varian ringan BM-8 (kaliber 82mm) dan roket berat BM-31 (kaliber 310mm).
Ciri khas dari arsenal ini yang tetap dipertahankan hingga sekarang terletak pada pengaplikasian truk sebagai platform pengangkut sekaligus peluncur.
Trik macam ini sekaligus menyulap Katyusha menjadi senjata bermobiltas tinggi.
Dalam konflik denga Israel Hizbullah mengoperasikan tiga tipe roket yang bisa diklasifikasikan sebagai Katyusha.
Masing-masing BM-21 kaliber 22 mm, MB-27 kaliber 220 mm dan Fair-3 kaliber 230 mm.
Dua tipe pertama yang disebutkan merupakan varian asli Soviet. Semetara Fajr tak lain merupakan Katyusha generasi ketiga buatan Iran.
Ada satu taktik spesial yang dilakukan Hizbullah dengan Katyusha.
Dalam setiap aksinya mereka tak pernah menggelar dalam bentuk utuh.
Beberapa baris tabung dilolosi dan kemudian mencopotnya dari platform asli.
Alhasil dengan sosok lebih ringkas ketimbang baranng aslinya, arsenal ini bisa dengan mudah disembunyikan atau dipotong menuju lokasi peluncuran baru.
Sudah bukan rahasia lagi kalau sejumlah roket buatan Iran juga turut meramaikan konflik Hizbullah-Israel.
Fajr-3, Ra’ad 1 (Shahin 1), Fajr-5, Fateh 110 hingga roket pamungkas Zetzal-2 adalah deretan nama arsenal yang ditengarai telah dipasok oleh Teheran.
Keragaman jenis roket ini otomatis mendongkrak jarak jangkau serangan.
Sebagai gambaran untuk jarak jangkau hingga 30 km, Hizbullah mengandalkan varian BM-21 dan Raad-1.
Untuk yang disebutkan terakhir memakai sistem pelontar tunggal serta jarak jangkauannya hanya sekitar 13 kilometer saja.
Satu-satunya kelebihan terletak pada efek kehancuran yang dihasilkan terbilang dahsyat.
Sebagai perbandingan, bila sebuah roket BM-12 hanya mampu mengusung hulu ledak berobot 21 kg saja maka pada Raad 1 daya angkutnya bisa mencapai 190 kg.
Agar lebih mematikan selama konflik Hizbullah juga melengkapi roketnya dengan serpihan-serpihan metal.
Beranjak ke jarak di atas 40-100 km, Hizbullah punya M-27 dan Fajr-5.
Dalam pertempuran yang terjadi di awal Agustus 2006 Hizbullah menghujani kota-kota Israel seperti Beit Shean, Hadera dan Haifa dengan roket Fajr.
Ketiganya berjarak sekitar 70 km dari perbatasan Libanon.
Sebenarnya masih , ada lagi roket Hizbullah yang benar-benar membuat khawatir para petinggi militer Israel, yakni Zelzal-2 dan Fateh 110.
Dua jenis roket ini memiliki jarak jangkau antara 100 hingga 200 km, dan merupakan senjata pemungkas untuk menyerang Tel-Aviv.
Jika Zelzal-2 dan Fateh 110 sampai digunakan oleh Hizbullah terkait kisruh pemindahan ibukota Israel ke Yerusalem bisa dipastikan militer Israel makin dibuat kalang-kabut.
Ade Sulaeman
Baca Juga: Cara Melihat RAM Hp Xiaomi yang Harus Anda Tahu, Yuk Cek Sekarang!