Penulis
Intisari-online.com - Sudah sangat lama sekali Timor Leste ingin sekali bergabung menjadi anggota ASEAN, namun hingga kini rencana itu terus tertunda.
Tahun 2017, adalah tahun yang sangat penting saat itu ASEAN, merayakan ulang tahunnya ke-50 sejak pertama berdiri.
Dalam perayaan itu ada teka-teki, apakah Timor Lesta akan diterima sebagai bagian dari ASEAN?
Tetapi fakta membuktikan kenyataannya tidak pernah, bahkan negara itu belum diakui sebagai bagian dari negara Asia Tenggara.
Namun, berdasarkan wilayahnya, Timor Leste adalah negara baru di Asia Tenggara, meskipun negara kecil itu sering terabaikan.
Menurut New Mandala, keanggotaan Timor Leste untuk menjadi bagian dari ASEAN ternyata sangat penting.
Bahkan hal itu bisa memengaruhi eksistensi negara kecil yang kerap terabaikan itu, untuk mendongkrak berbagai sektor di negaranya.
Tidak hanya negara kecil, Timor Leste telah melewati pendudukan Indonesia, yang dianggap menghancurkan ekonomi dan infratstrukturnya.
Oleh sebab itu, negara kecil itu menghadapi tantangan pascakonflik, termasuk suaranya didengar di forum regional dan internasional.
Salah satunya adalah Timor Leste sangat ingin bergabung dengan ASEAN.
Timor Leste menyatakan keinginannya untuk menjadi bagian dari ASEAN segera setelah pemulihan kemerdekaan pada tahun 2002.
Pada bulan Juli 2005, ia menjadi anggota Forum Regional ASEAN (ARF) dan menandatangani Perjanjian ASEAN tentang Persahabatan dan Kerja Sama pada tahun 2007.
Sebagai Diuraikan dalam Rencana Pembangunan Strategis 2011-2030.
Aspirasi Timor Leste untuk bergabung dengan ASEAN didasarkan pada lokasi geografis, keinginan para pemimpin negara dan masyarakat, serta kedekatan budaya dengan tetangganya.
Timor Leste secara resmi mengajukan keanggotaan ASEAN pada Maret 2011 selama kepemimpinan Indonesia setelah beberapa tahun berstatus pengamat ASEAN.
Sebuah Kelompok Kerja Dewan Koordinasi ASEAN (ACCWG) kemudian dibentuk dan ditugasi untuk menilai kesiapan Timor Leste untuk menjadi bagian dari pengelompokan regional.
Lalu memperkirakan implikasinya bagi ASEAN jikanegara kecil itu bakal bergabung.
Tetapi sudah hampir enam tahun sejak aplikasi resminya pada tahun 2011, hingga tahun 2017 yang sangat ditunggu Timor Leste.
Nyatanya negara kecil itu tak kunjung menjadi anggota ASEAN.
Dengan tantangan domestiknya, beberapa orang mempertanyakan aspirasi Timor-Leste untuk menjadi anggota ASEAN, serta manfaat dan biaya bergabung.
Bagi Timor-Leste, keanggotaan ASEAN diharapkan memberikan akses ke forum yang mapan di mana isu-isu penting seperti keamanan, pembangunan dan integrasi ekonomi, dan masalah sosial budaya dapat dikejar.
Timor-Leste memang telah menempuh perjalanan panjang. Kemerdekaan bangsa itu mahal harganya.
Sekarang, negara secara bertahap bergerak dari kerapuhan ke negara yang sedang mengkonsolidasikan dan memperkuat fondasi negara yang diperlukan.
Namun itu bukannya tanpa kendala.
Di tahun ke-50 ASEAN, banyak yang berharap Filipina akan menggunakan kepemimpinannya untuk mempercepat keanggotaan formal Timor Leste di blok regional.
Di bawah tema "Bermitra untuk Perubahan, Melibatkan Dunia" seperti yang diumumkan oleh Presiden Rodrigo Duterte pada September 2016 di Laos.
Diharapkan ASEAN dapat menghidupkan inspirasinya sebagai model integrasi regional yang lebih besar dalam hal Timor Leste .
Timor Leste telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi bagian dari ASEAN.
Sekarang, pertanyaannya bukanlah apa yang harus dicapai Timor Leste untuk diterima secara resmi sebagai Negara Anggota ke-11 ASEAN.
Ujiannya sekarang terletak pada para pemimpin ASEAN, dan apakah mereka dapat memenuhi aspirasi ASEAN seperti yang dipuji dalam Komunitas ASEAN.
Semakin lama penundaan keanggotaan Timor-Leste hanya akan berdampak negatif pada proses pengambilan keputusan ASEAN yang kerap dikritik.
Saatnya menunjukkan komitmen ASEAN terhadap kawasan yang sejahtera melalui semangat kerja sama dan integrasi dan yang terpenting, organisasi yang berpusat pada rakyat.
Mimpi Timor Leste yang berusaha melebarkan sayapnya melalui kemitraan dengan ASEAN harus kandas, dan hingga kini negara itu tidak bergabung dengan forum Internasional untuk mendukung negaranya, dan hanya bekerja sama dengan China dan Australia.