Bukan Saja Artis, Star Syndrome Juga Bisa Terjadi pada Dosen, Begini Cara Menghindarinya

Tatik Ariyani

Penulis

Penyakit star syndrome bisa menjangkiti orang biasa atau bisa juga menjangkiti seseorang yang baru saja menjadi public figure.

Intisari-Online.com -Jerat star syndrome rupanya bisa muncul kapan saja dan dari mana saja.

Bahkan, dari keseharian Anda sehari-hari bisa memunculkan penyakit psikologis ini.

Saat ini di era media sosial, hasrat untuk menjadi populer dengan mudah menjebak siapa saja.

Bukan hanya artis yang terus-terusan mempertahankan kepopulerannya, tetapi bahkan desainer, atau bahkan ibu rumah tangga ingin sepicis perhatian.

Baca Juga: Star Syndrome, Penyakit Tak Terlihat yang Bisa Menjatuhkan Mentalitas Juga Karier Pemain Sepakbola

Mereka ingin berada dalam bingkai yang sama dengan aktor dan aktris papan atas sembari berpose untuk halaman depan suatu majalah.

Saat ini, banyak orang mulai tidak sabar, mereka tidak sabar untuk mencapai suatu karya agar mendapat perhatian.

Lalu apa sih star syndrome itu?

Mengutip TribunJatim.com, ahli Hipnoterapi dari Surabaya, Oktastika Badai Nirmala dalam blognya menjelaskan star syndrome adalah sebuah satu ciri-ciri, simtom, atau tanda-tanda tentang perasaan sebagai seorang bintang (star).

Baca Juga: Waspada Star Syndrome, Penyakit Tak Terlihat yang Bisa Menjatuhkan Mentalitas Juga Karier Pemain Sepakbola!

Penyakit ini bisa menjangkiti orang biasa atau bisa juga menjangkiti seseorang yang baru saja menjadi public figure.

Misalnya penyanyi, seniman, pejabat kampung, motivator, ustad, dosen, dan lain-lain, yang baru saya mendapat perhatian dari masyarakat melalui profesinya tersebut.

Menurutnya, kondisi orang yang mengalami star syndrome mirip dengan orang yang mengalami “waham kebesaran”.

Ciri-ciri star syndrome :

1. Merasa dirinya orang terkenal.

2. Hanya menggunakan produk terkenal saja. Atau malu menggunakan produk dengan brand biasa-biasa saja.

3. Hanya makan di tempat makan berkelas tinggi.

4. Selalu minta fasilitas tertinggi.

Baca Juga: Padahal Baru Saja PM Armenia Tandatangani Berakhirnya Konflik Nagorno-Karabakh, Krisis Baru Muncul, Orang-orang Tumpah di Jalanan Lakukan Protes Ini

5. Merasa orang lain harus tunduk dan hormat padanya.

6. Maunya selalu harus dilayani, disambut, dan dielu-elukan.

7. Enggan menjalin komunikasi dengan orang yang strata sosialnya biasa-biasa saja. Terkadang senyum pun enggan.

8. Mendominasi pembicaraan dengan tema kelas tinggi.

9. Merasa harus tampil sangat sempurna.

Dampak negatif dari orang-orang yang terkena star syndrome adalah, pada umumnya dirinya sangat melekat dengan persepsi dirinya sebagai bintang.

Sehingga ketika terjadi kondisi dimana ke-bintang-an-nya tercabut, terabaikan, atau ada orang yang lebih star dari dia.

Maka dia akan rawan mengalami depresi dan bahkan mengalami psikosomatis.

Yakni penyakit fisik yang disebabkan oleh ketertekanan kondisi psikologis.

Baca Juga: Pria Penggali Selokan Ini Temukan ‘Jalan Rahasia’ ke Gudang Emas Milik Sebuah Bank, Namun Justru Ini yang Dilakukannya Hingga Ia Harus Terima Ganjarannya

Cara menghindari star syndrome :

1. Yakini bahwa kehebatan Anda adalah milik Tuhan. Bukan milik Anda. Ya kebetulan saja saat momen tersebut Tuhan menitipkan secuil kehebatan-Nya pada Anda.

2. Yakini bahwa segala film dan berita selebriti adalah dirancang untuk hiburan saja. Bukan untuk wajib diteladani.

3. Membiasakan diri selalu rendah hati. (bukan rendah diri).

4. Yakini bahwa setiap orang memiliki keunggulannya masing-masing. Dan setiap keunggulan ini memiliki masa berlaku sesuai kehendak Tuhan.

5. Ketika keunggulan yang Anda miliki, tercabut atau tersaingi. Yakini bahwa Tuhan pasti memberikan Anda peluang yang lain untuk Anda tetap bertahan dalam kehidupan ini.

6. Perbanyak referensi tentang kehidupan dari berbagai strata sosial. Termasuk para orang hebat yang tetap rendah hati.

Baca Juga: Pejuang Kemerdekaan dan Saksi Sejarah Timor Leste, Inilah Berliku, 'Si Burung Bernyanyi' Penyampai Berita Perjuangan Bumi Lorosae

Artikel Terkait