Find Us On Social Media :

Kisah Slamet Menyulap Sungai Kotor Menjadi Sumber Budidaya Ikan Air Tawar

By Fathia Yasmine, Rabu, 11 November 2020 | 17:01 WIB

Slamet, penggiat sekaligus bendahara KPS Jogoiten memamerkan anak Sungai Kuning yang kini telah bersih

 

Intisari-online.com - Ungkapan tidak ada hasil yang mengkhianati usaha rupanya benar adanya.

Hal ini dibuktikan oleh Komunitas Pecinta Sungai (KPS) dukuh Jogoiten, Kalikebo, Kabupaten Klaten. Anak Sungai Kuning yang membelah kampungnya, perlahan terus dibersihkan dan dijaga kebersihannya.

Sungai yang dulunya kotor disulap menjadi sungai bersih, kemudian diberikan keramba-keramba untuk budidaya ikan kali, guna menambah pendapatan dan gizi keluarga.

Slamet, pemuda 35 tahun ini pun dipercaya sebagai penggiat sekaligus bendahara KPS Jogoiten. Bekerjasama dengan BPBD, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, Perikanan, dan relawan Klaten, kolam kali yang dirintis 5 tahun lalu itu pun menjadi contoh bagi warga sekitar.

Baca Juga: Ingat, Banyak Dijual di Pasaran, Jangan Pernah Gunakan Parfum dengan Ciri-ciri Berikut Ini, Bahaya! Bisa Sebabkan Kanker!

"Awalnya sungai di kampung kami ini dikeruk. Setelah dapat restu dari BPBD Klaten, kami memutuskan membuat kolam kali. Untungnya air sungai di sini mengalir sepanjang musim. Karena perkembangan nya bagus, Pak Ganjar pernah main ke sini," jelas Slamet kepada Tim Pemberitaan Dinas Kominfo Klaten, saat bincang di atas Cakruk bambu dekat sungai di sore hari.

Slamet menyebut, saat ini KPS Jogoiten sudah memiliki 40 keramba dengan 20 anggota aktif. Sayangnya, masih saja ada orang membuang sampah ke sungai.

Ia mengeluhkan banyaknya sampah pampers kiriman dari hulu sungai. Dalam sehari, setidaknya terdapat satu karung sampah yang harus diangkat dari sungai.

Meski begitu, Slamet menyebut, kondisi saat ini jauh lebih baik. Sebab, tidak ada lagi warga yang main setrum ikan atau meracuni sungai.

"Di sini dibudidayakan ikan gurame, nila dan lele. Gurame dan nila bisa dipanen setelah 6 bulan. Kalau lele panen setelah 3 bulan. Selain untuk tambahan pendapatan, juga untuk gizi keluarga dengan program Gemari," ungkap Slamet.

Baca Juga: Terkenal Ganas dan Tak Terkalahkan, Militer Israel Justru Kerap Dipecundangi Indonesia, Apa Rahasia TNI Bisa Menang Telak 'Lawan' Negeri Yahudi?

Meski begitu, Slamet mengakui, dirinya banyak dibantu oleh Dinas Pertanian Klaten. Pemerintah pernah memberikan 15 ribu bibit ikan dan 3 ton pakan.

"Untuk membuat keramba membutuhkan biaya 350 ribu. Panjang keramba 200 cm tinggi 90 cm dan lebar 80 cm. Biasanya satu keramba diisi 200 ekor ikan. Alhamdulillah di sini anak - anak sudah biasa makan ikan" pungkasnya.