Penulis
Intisari-online.com - China mungkin adalah negara kuat yang seorang diri mampu menciptakan dominasi dunia, meski tidak memiliki sekutu yang jelas.
Meski tidak memiliki sekutu, China memiliki pengaruh besar pada negara-negara kecil yang membutuhkan utang dan investasi darinya.
Salah satunya dalam agenda China yang dikenal dengan Belt and Road Initiative (BRI), proyek yang telah berjalan selam 7 tahun digaungkan oleh presiden Xi Jinping.
BRI adalah proyek China untuk menciptakan jalur perdagangan dunia dengan memberikan investasi ke negara-negara kecil.
Namun, menurut beberapa negara penentang China menyebut bahwa BRI tak hanya sekedar proyek untuk menciptakan jalur perdagangan.
Lebih dari itu, China berencana memperluas kekuatan lunak dan menebar pengaruh, terkait dengan proyek BRI.
Proyek ini juga diyakini akan membuat Beijing akan menjadi pusat kekuasaan di seluruh dunia.
Untuk melawan proyek infrastruktur ini Amerika membentuk aliansi yang disebut dengan Quad, yang menentang proyek China ini.
Baca Juga: Kesalahan dalam Konsumsi Air Ketumbar, Perhatikan Agar Tidak Hadapi Efek Samping Ini
Akan tetapi tak hanya Quad, menurut Tifpost pada Senin (19/10/20), baru-baru ini, Uni Eropa (UE) juga mengumumkan diri sebagai musuh China.
Hal itu terungkap setelah China berencana mencaplok Balkan dengan investasi predatornya demi muluskan BRI, sesuai laporan SCMP.
Seorang pejabat senior Uni Eropa sekarang mengatakan bahwa badan antar pemerintah yang berbasis di Brussel akan "meningkatkan permainan" dengan China.
Pejabat tersebut membuat pernyataan ini setelah UE mengalokasikan dana 9 miliar euro (Rp155 triliun) untuk Balkan, yang tampaknya menjadi medan pertempuran persaingan sistemik UE-Tiongkok.
UE adalah blok terbaru yang menciptakan front yang tangguh melawan BRI Beijing, sedangkan QUAD- aliansi strategis informal yang terdiri dari India, Australia, Jepang, dan AS.
Mereka sudah melakukan upaya untuk menahan pengaruh China yang tumbuh.
India dan AS, misalnya, menunjukkan minat yang sama dalam Proyek Blue Dot Network (BDN), yang seharusnya berfungsi sebagai sistem sertifikasi yang diakui secara global untuk investasi infrastruktur.
BDN akan membuat sistem sertifikasi untuk jalan raya, pelabuhan dan jembatan dengan penekanan khusus pada kawasan Indo-Pasifik dan oleh karena itu merugikan BRI China yang selalu rendah kualitas dan biaya tinggi.
Demikian pula, India anggota QUAD juga bekerja dengan Rusia untuk menjajaki peluang pengembangan kereta api dan proyek infrastruktur lainnya di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Gagasan India adalah untuk sekali lagi menahan China di wilayah di mana Beijing tanpa henti mendorong proyek-proyek BRI.
Demikian pula, Tokyo merayu negara-negara Afrika dan Asia Tenggara dalam upaya menjauhkan mereka dari China.
Oleh karena itu, QUAD menangani Indo-Pasifik, dan oleh karena itu target Beijing berikutnya adalah ekonomi miskin yang terletak di Balkan dan Eropa Timur.
Tetapi tampaknya Uni Eropa yang berbasis di Brussel tidak akan membiarkan China melakukannya dengan mudah.
Sejauh menyangkut Balkan, semua negara di kawasan itu adalah anggota Belt and Road Initiative (BRI) Presiden China Xi Jinping.
Bosnia dan Herzegovina, Montenegro, Makedonia Utara, dan Serbia semuanya telah menerima pinjaman ekstensif dari Beijing di bawah BRI.
Serbia sendiri telah mendapatkan investasi 4 miliar dolar AS (Rp58 T) dan pinjaman 5 miliar dolar (Rp73 T) AS dari Beijing, selain dari proyek infrastruktur.
China ingin menjadi satu-satunya raksasa yang berinvestasi dalam proyek infrastruktur di Balkan.
Oleh karena itu, Beijing sedang mengerjakan beberapa proyek ambisius di wilayah tersebut seperti proyek Road and Bridge Corporation milik perusahaan milik negara China untuk membangun jalan raya pertama di Montenegro.
Ada sejarah proyek China yang salah di Balkan. Awal tahun ini, terjadi kecelakaan lingkungan besar di Smederevo, Serbia.
Kecelakaan itu terkait dengan Pabrik Baja Smederevo dari perusahaan China-Hubei Iran & Steel Group.
Kecelakaan itu mengakibatkan bubuk hitam berbahaya menutupi kota, kebun buah, ladang, dan bahkan kebun anggur.
Insiden lain yang terkait dengan pembangunan infrastruktur China di wilayah tersebut mengakibatkan sungai Tara di Montenegro tercemar berton-ton kerikil, tanah, dan limbah.
Proyek-proyek Cina di Balkan sering kaliberakhir dengan "terorisme ekologis".
Tetapi ekonomi yang kekurangan uang di Balkan menjadi mangsa China dan tidak menyadari bagaimana mereka dijebak oleh sang naga ataujika menolak untuk menerima Chinamencaplok mereka.
Pemerintah ini belum dapat mengandalkan raksasa lain untuk mengalahkan invasi komersial China.
Namun, UE sekarang menyadari bahwa Balkan adalah tanggung jawab dan lingkup pengaruhnya untuk ditangani.