Penulis
Intisari-Online.com - Konflik di Laut China Selatan sudah menyebar begitu luas.
Akibatnya sejumlah negara sedang bersiaga di masing-masing pangkalan militernya.
Bahkan kini sengketa Laut China Selatan sudah menyebar ke Sungai Mekong.
Dan ada kekhawatiran Amerika Serikat (AS) yang akan mendominasi wilayah tersebut.
Mengapa?
Pertama, Anda perlu tahu bahwa Sungai Mekong merupakan salah satu sungai utama di dunia.
Di mana sungai inimengalir melalui provinsi Yunnan di China, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan Vietnam.
Melihat keuntungan itu, AS dilaporkan melakukaninvestasi 150 juta US Dollar dengan negara-negara di sepanjang Sungai Mekong.
Hal itu langsung disampaikan oleh Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS. Dia menyebutnya dengan koalisi Mekong-AS.
Di dalamnya ada negara-negara seperti Kamboja, Vietnam, Thailand dan Myanmar, seperti dilansir dari express.co.uk pada Jumat (18/9/2020).
Pompeo mengatakan AS akan bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara.
Ini karena Sungai Mekong adalah bagian integral dari visi Indo-Pasifik dan hubungan strategis kami dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa (PBB) Asia Tenggara.
Tetapi Pompeo juga menargetkan China.
Sebab dia menuduh Beijing semakin mengancam lingkungan alam dan otonomi ekonomi di sekitar Mekong.
Menurutnya, China memanipulasi area Sungai Mekong dengan cara yang "tidak transparan".
Para ahli AS juga mengklaim bendungan pembangkit listrik tenaga air China memperburuk kekeringan di negara lain pada akhir 2019.
Melihat apa yang dilakukan AS, pemerintah Beijing marah besar.
Di mana merekamenuduh AS berusaha mempolitisasi sumber daya air untuk mengekang pengaruh China di wilayah tersebut.
The Global Times, outlet media pemerintah terkemuka China, menjelaskan keterlibatan AS di wilayah tersebut sangat buruk.
Bi Shihong, profesor di Pusat Studi Diplomasi Tetangga China dan Sekolah Studi Internasional Universitas Yunnan, mengatakan bahwa AS berbohong tentang kerusakan di kawasan itu, dan hanya terlibat di Mekong karena alasan politik.
"Laporan lembaga tersebut kurang bernilai ilmiah, dan negara anggota biasanya meninjau kesimpulan secara independen dengan lebih hati-hati."
Karena hal ini, pada akhir Agustus, China mengambil langkah berani dengan menembakkan dua rudal ke laut sebagai peringatan yang jelas kepada AS.
Lalu AS membalas dengan menerbangkanpesawat mata-mata AS yangmelakukan latihan penembakan langsung untuk angkatan laut China.