Pantas Banyak Rakyat Korut 'Memuja' Kim Jong Un Meski Hidup dalam Kesengsaraan, Rupanya Dari Kecil Mereka Menelan Mentah-mentah Propaganda Ini di Bangku Sekolah

Tatik Ariyani

Penulis

Anak-anak prasekolah di Korea Utara mendapatkan kurikulum baru yang berisi propaganda tentang Kim Jong Un dan 2 pemimpin pendahulunya.

Intisari-Online.com - Kehidupan di Korea Utara begitu misterius, baik pemimpinnya Kim Jong Un juga kehidupan masyarakatnya.

Terlepas dari kisah para pembelot Korut, rakyat Korut dikenal sangat memuja pemimpinnya, baik itu karena paksaan atau murni keinginan sendiri.

Rupanya, hal itu tak luput dari gencarnya pemerintah Korut dalam melakukan propaganda pada anak usia dini.

Korea Utara menggencarkan propaganda untuk diajarkan kepada anak-anak prasekolah, memaksa siswa menghabiskan 90 menit mereka di sekolah untuk belajar tentang Kim Jong Un di bawah perintah baru yang diturunkan oleh Kim Yo Jong.

Baca Juga: Sampai Disebut Sebagai Simbol Inkompetensi, Bangunan 47 Lantai Ini Dibangun Tanpa Lift, Duh, Kok Bisa?

Melansir Daily Mail pada Rabu (16/9/2020), anak-anak prasekolah di Korea Utara mendapatkan kurikulum baru yang berisi propaganda tentang Kim Jong Un dan 2 pemimpin pendahulunya.

Kurikulum tersebut menjadi " Pendidikan Kebesaran" yang berlangsung selama 1,5 jam dari 3 jam waktu yang dihabiskan anak-anak prasekolah di kelas.

Sebelumnya, anak-anak hanya menghabiskan 30 menit untuk materi propaganda tersebut, tetapi saudara perempuan sang pemimpin negara, Kim Yo Jong, dilaporkan telah melipatgandakan waktu untuk pendidikan propaganda itu.

Kim Yo Jong menjadikan kegiatan itu persyaratan di bawah aturan baru yang dikeluarkan akhir Agustus.

Baca Juga: Covid Hari Ini 17 September 2020: Ini 41 Kabupaten/Kota Zona Merah di Indonesia, Bali Masih Memimpin

Sebuah sumber di Provinsi Hamgyong Utara, dekat dengan perbatasan China, mengatakan bahwa para orang tua dan guru khawatir tentang anak-anak yang sekarang akan menghadapi pendidikan tingkat berikutnya.

"Anak-anak hampir pada titik menjadi siswa sekolah dasar," kata sumber itu kepada surat kabar Daily NK Korea Selatan.

Jadi, orang tua cenderung meminta guru untuk anak-anak mereka fokus mempelajari alfabet.

"Peningkatan waktu yang dihabiskan untuk (propaganda) para pemimpin, bagaimanapun, menyisakan lebih sedikit waktu untuk belajar alfabet, jadi orang tua tidak akan bahagia," ujar sumber itu.

Sumber tersebut juga mengungkapkan bahwa sekolah harus menanggung biaya "merapikan" ruang kelas agar kurikulum baru bisa diajarkan dengan lebih menarik.

Ini memicu spekulasi bahwa orang tua yang sudah lama akan diminta ikut serta untuk membiayai renovasi.

Akibatnya, banyak orang mempertimbangkan untuk lebih baik mengajar anak-anak mereka di rumah, kata sumber itu.

Ray Cunningham, dari Homer, Illinois, telah mengunjungi beberapa sekolah Korea Utara selama beberapa perjalanan ke sana.

Baca Juga: Licik Melarang TikTok Untuk Warga AS Agar Bisa Memaksa Membelinya, Trump Harus Menanggung Malu Setelah ByteDance Putuskan Tak Jadi Jual TikTok, Ini Alasannya

Foto dari kunjungan ini menunjukkan bahwa tank dan pesawat tempur dibuat terlihat menyenangkan, sementara mural sekolah mengagungkan rudal dan menggambarkan kekerasan terhadap pasukan AS.

Dalam wawancara sebelumnya, Cunningham menggambarkan bagaimana cuci otak terburuk dilakukan terhadap anak-anak kecil.

Anak-anak sekolah yang lebih muda adalah yang diberi lebih banyak indoktrinasi ini, katanya.

"Mereka membawanya (propaganda) ke anak pada usia 3 sampai 4 tahun dan mereka benar-benar mempelajari seperti litani," ucapnya.

Ada perumpamaan yang mereka pelajari, seperti perumpamaan tentang sepatu bot bahwa teman-teman Kim Jong Il tidak memiliki sepatu bot. Kemudian, ibunya memberinya sepasang sepatu bot, tetapi dia menolaknya karena teman-temannya tidak memilikinya, dan sekarang semua anak sekolah memiliki sepatu bot.

"Ada banyak cerita kecil yang diceritakan yang begitu apokrif, mereka gila, tapi kamu melihatnya di setiap sekolah yang kamu masuki," ucapnya.

Di bawah aturan baru, penekanan propaganda di kelas juga dikatakan telah berkembang dari ayah pemimpin, Kim Jong Il, dan kakeknya, Kim Il Sung, menjadi pemimpin saat ini, Kim Jong Un.

"Apa yang diajarkan di Pendidikan Kebesaran agak berubah," kata sumber itu.

Baca Juga: Coba Tambahkan Bahan Dapur Ini Agar Telur Rebus Mudah Dikupas Kulitnya dan Terlihat Mulus

"Jumlah waktu yang dihabiskan untuk masa kecil Pemimpin Tertinggi sekarang dua kali lipat dari waktu yang dihabiskan untuk masa kecil ayah dan kakeknya."

Dalam pembelajaran yang didoktrinkan kepada anak-anak tersebut, dicitrakan bahwa Kim Jong-un adalah anak yang cerdas yang "naik kapal pesiar, melakukan latihan target, dan suka membaca", serta belajar musik "revolusioner".

Kim Yo Jong, yang sering disebut-sebut sebagai calon penerus kakaknya, tidak bersekolah di Korea Utara, melainkan dikirim ke sekolah di Swiss, seperti Kim Jong Un.

Anak-anak prasekolah Korea Utara biasanya bersekolah dari jam 9 pagi hingga siang hari, dan juga memiliki waktu untuk pendidikan jasmani, bermain, dan mempelajari alfabet Korea.

Namun, ada sedikit harapan bahwa anak-anak sekolah bisa lepas dari kultus kepribadian yang doktrin para pemimpin.

Bahkan potret para pemimpin dihormati, sampai orang dapat dihukum karena tidak merawat barang-barang itu dengan baik.

Misalnya, laporan muncul awal tahun ini bahwa seorang ibu Korea Utara menghadapi gulag setelah menyelamatkan anak-anaknya dari kebakaran rumah alih-alih 2 lukisan para pemimpin.

Baca Juga: Niat Beli Modem untuk Kembangkan Jaringan Internet di Kampungnya, Saat Paketan Datang Isinya Malah Barang Tak Terduga Ini, 'Ketika Saya Buka, Saya Kaget'

Shintaloka Pradita Sicca

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Korea Utara Suntikan Propaganda ke Anak Prasekolah Selama 90 Menit Setiap Hari"

Artikel Terkait