Laut China Selatan Makin Menggiurkan, Indonesia Temukan Cadangan Migas yang Sanggup Gelontorkan Ribuan Barel per Hari, Ini Lokasinya!

Ade S

Penulis

Indonesia nampaknya harus semakin waspada dengan gerak-gerik Tiongkok di Laut China Selatan setelah sebuah area cadangan minyak ditemukan.

Intisari-Online.com -Indonesia nampaknya harus semakin waspada dengan gerak-gerik Tiongkok di Laut China Selatan setelah sebuah area cadangan minyak ditemukan.

Seperti kita ketahui, Laut China Selatan menjadi wilayah konflik yang menyorot perhatian dunia.

Selain karena menjadi wilayah transportasi laut dunia, kawasan ini juga diperebutkan karena kandungan kekayaan alamnya.

Minyak dan gas tentu saja menjadi sumber daya alam utama yang paling diincar oleh negara-negara yang mengklaim paling berhak di Laut China Selatan.

Baca Juga: Sampai Disorot Media Inggris Aksi Nyelonong China di Wilayah Laut Indonesia, Terungkap Ini Alasan China Percaya Diri Klaim Wilayah Natuna Adalah Miliknya

Indonesia sendiri sering kali harus menghadapi pelanggaran-pelanggaran wilayah oleh kapal Vietnam atau China karena masalah penangkapan ikan.

Namun, sebuah penemuan baru yang diumumkan olehSatuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan membuat wilayah Indonesia di Laut China Selatan makin menggiurkan.

SKK Migas berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi (migas) dalam jumlah yang sangat besar.

Dimanakah lokasi yang dimaksud? Seberapa banyak pula cadangan migas yang terkandung? Berikut ini uraiannya.

Baca Juga: Berasa Milik Sendiri, Kapal Penjaga Pantai China 'Nongkrong' di Laut Natuna Selama Dua Hari, Garis Pembawa Petaka Ini JadiAlibi, Sampai Harus Dikejar Kapal Perang Indonesia

SKK Migas sendiri berhasil menemukan cadangan migas tersebut melalui kerjasama denganKontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Medco EP Natuna.

Keduanya memang bekerja sama dalampengeboran Sumur Eksplorasi Terubuk-5 yang berlokasi di Wilayah Kerja South Natuna Sea B.

Ya, cadangan minyak ini ditemukan di Laut Natuna, bagian Laut China Selatan dari Indonesia yang masih sering diklaim oleh Tiongkok.

Pelaksana TugasKepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih menyebut keberhasilan ini menjadi sangat penting dalam upaya pemerintah meningkatkan produksi migas.

Pengeboran ini sendiri, menurut Susana merupakan sebuah hasil dariaplikasi strategi SKK Migas yaitu percepatan Resource to Production yang telah direncanakan.

Melalui strategi ini, diharapkan SKK Migas dapat mempercepatroses dari penemuan cadangan migas ke produksi dalam rangka visi produksi 1 juta BOPD di 2030.

Baca Juga: Tak Sudi Kompromi dengan Ketamakan China, Indonesia Ambil Langkah Ganti Nama Laut China Selatan Jadi Laut Natuna Utara demi Lawan Kenekatan Tiongkok!

"Struktur Terubuk merupakan salah satu undeveloped discovery, dimana potensi migas di area ini pertama kali ditemukan pada tahun 1972 oleh KKKS ConocoPhillips Indonesia," kata Susana seperti dilansir dariskkmigas.go.id.

"Sudah dilakukan beberapa kali pengeboran sumur appraisal hingga tahun 2000, namun karena dinilai belum ekonomis maka tidak berlanjut ke fase pengembangan lapangan."

Susana menerangkan untuk saat ini hasil tersebut sedang dievaluasi SKK Migas untuk berlanjut ke tahapan pengembangan lapangan.

"Seperti arahan Bapak Kepala SKK Migas, kita harus mempercepat semua cadangan menjadi produksi," ucapnya.

Sumur deliniasi merupakan sumur yang dibor setelah sumur taruhan (wildcat) yang bertujuan untuk mendapatkan lebih rinci karakteristik reservoir hingga kemungkinan batas keberadaan migas.

"Dari ketiga hasil interval well testing, Sumur Deliniasi Terubuk-5 terbukti mengalirkan hidrokarbon berupa minyak dan gas," ujarnya di Jakarta (14/9).

Baca Juga: Secara Dramatis Merusak Tatanan Dunia, Negara Ini Juga Patut Dijuluki 'Negara Berbahaya' di Laut China Selatan Selain Tiongkok, Siapa Mereka?

Hasil tes menunjukkan dari ketiga interval diperoleh data untuk DST#1 sebesar 2.287 barel minyak per hari (BOPD), DST#2 gas sebesar 19 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), dan DST#3 gas sebesar 13,89 MMSCFD serta 304,1 barel kondensat per hari (BCPD).

Artikel Terkait