Penulis
Intisari-Online.com -Ledakan di Pelabuhan Beirut, Lebanon pada 4 Agustus 2020 menyisakan duka dan kisah pahit bagi para korban.
Ledakan dahsyat yang menewaskan 177 orang dan menghancurkan sebagian besar Ibu Kota Beirut itu juga menyebabkan ribuan orang terluka, sebagian besar akibat pecahan kaca yang beterbangan.
Berdasarkan laporan kantor berita Lebanon NNA, penyelidikan awal menyebut ledakan di Beirut karena pabrik petasan yang berlokasi di pelabuhan.
Namun, Perdana Menteri Hassan Diab kemudian menyatakan 2.750 metrik ton amonium nitrat disinyalir sebagai penyebab kuat insiden yang juga melukai 5.000 orang itu.
Berdasarkan data yang dikumpulkan rumah sakit setempat, setidaknya 400 orang menderita cedera mata, lebih dari 50 membutuhkan operasi, dan sekitar 15 orang mengalami kebutaan permanen pada satu mata.
Namun belum genap sebulan peristiwa ledakan mengerikan itu terjadi, hubungan Lebanon dengan Israel kembali memanas.
Militer Israel mengatakan pada hari Rabu (25/8/2020) bahwa telah terjadi "insiden keamanan" di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon yang bergejolak.
Terkait kejadian ini, militer Israel memerintahkan penduduk daerah itu untuk tetap tinggal di dalam rumah.
Reuters memberitakan, tidak ada laporan cedera atau bentrokan, dan militer Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Seorang koresponden militer untuk berita YNet Israel mengatakan, pasukan Israel telah menembakkan suar setelah mendengar tembakan dari sisi perbatasan Lebanon.
TV Al-Manar Lebanon, yang berafiliasi dengan kelompok Syiah yang didukung Iran, Hizbullah, mengutip korespondennya yang mengatakan bahwa Israel menembakkan amunisi fosfor di sisi perbatasan Lebanon.
Sebuah akun mengkonfirmasi hal ini kepada saksi di desa-desa Lebanon selatan.
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan kedua negara.
Bulan lalu, Israel mengatakan Hizbullah melakukan upaya infiltrasi melintasi perbatasan, yang dibantah oleh kelompok Lebanon.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Mencekam di perbatasan Lebanon, Israel perintahkan warga tinggal di rumah"