Penulis
Intisari-Online.com -Palestina ternyata pernah menolak mentah-mentah bantuan dari sebuah negaraIslam dengan alasan merasa dikhianati.
Saat itu, negara tersebut mengirimkan bantuan tersebut tanpa berbicara dengan Palestina, tapi malah dengan Israel.
Pengiriman dengan cara itu, bagi Palestina, tidak ubahnya pengakuan atas kekuasaan Israel di tanah sengketa.
Padahal, seperti kita ketahui, Palestina justru sangat membutuhkan berbagai bantuan.
Wilayah mereka dijaga ketat oleh Israel sementara di saat bersamaan, mereka juga beberapa kali diserang habis-habisan oleh Israel.
Namun, alasan Palestina menolak bantuan karena kecurigaannya pada negara penyumbang tersebut kini terbukti.
Negara muslim tersebut kini malah menjalin perjanjian damai dengan Israel, tentu saja dengan campur tangan Presiden AS Donald Trump.
Siapakah negara Islam yang dimaksud? Apa pula dalihnya mau berdamai dengan Israel?
Israel setuju untuk tidak melakukan aneksasi di Tepi Barat sebagai bagian dari perjanjian damai dengan Uni Emirat Arab ( UEA).
Kabar mengejutkan sekaligus bersejarah itu diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di akun Twitternya.
Dia mengunggah pernyataan gabungan dirinya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Putra mahkota dengan julukan MBZ itu juga merangkap sebagai Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Uni Emirat Arab.
"Selama percakapan telepon antara Presiden Trump dan PM Netanyahu, kesepakatan tercapai untuk menghentikan aneksasi di wilayah Palestina," jelas MBZ.
Pernyataan itu diperkuat keterangan sumber pejabat senior Gedung Putih, bahwa Tel Aviv tidak akan memperlebar wilayah di Tepi Barat.
Dalam pernyataan gabungan, Tel Aviv sepakat untuk tidak "mendeklarasikan kedaulatan" wilayah yang tak sesuai dengan Visi Perdamaian Presiden.
Dilaporkan Reuters Kamis (13/8/2020), visi tersebut merujuk pada rencana perdamaian Timur Tengah yang diungkapkan Trump Januari lalu.
Sebagai gantinya, Israel akan "fokus kepada perluasan hubungan baik dengan negara di dunia Arab maupun negara-negara Muslim".
Menteri Hubungan Luar Negeri Anwar Gargash dikutip AFP menyatakan, ini merupakan langkah brilian untuk menjembatani solusi dua negara guna meredakan konflik Israel-Palestina.
"Kebanyakan negara akan melihat langkah ini guna mengamankan solusi dua negara, di mana negosiasi bakal lebih tersedia," ujar Gargash.
Sumber internal Gedung Putih kepada Reuters mengungkapkan, kesepakatan bernama Perjanjian Abraham itu adalah yang pertama sejak perjanjian Israel dan Jordania pada 1994.
Selain itu, perjanjian ini bakal memberikan suntikan keuntungan besar bagi Trump jelang Pilpres AS yang bakal digelar November mendatang.
Berbicara kepada awak media, presiden berusia 74 tahun itu kemudian menyiratkan bakal ada perjanjian damai lain antara Tel Aviv dengan negara Arab lainnya.
"Sesuatu telah terjadi, yang tentunya saya tidak bisa menyebutkannya," kata Trump seraya Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyatakan, kesepakatan itu adalah langkah penting perdamaian Timur Tengah.
Lebih lanjut dalam beberapa pekan mendatang, delegasi Israel dan UEA bakal bertemu untuk menandatangani beberapa dokumen penting.
Di antaranya adalah perjanjian mengenai investasi, pariwisata, penerbangan langsung, keamanan, hingga pemulihan kedutaan besar dua masing-masing negara.
Iran murka
Iran mengatakan kesepakatan antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) berbahaya dan tidak sah.
Hal itu sebagaimana disampaikan kantor berita resmi Iran, IRNA, mengutip Kementerian Luar Negeri Iran pada hari Jumat (14/8).
Mengutip Reuters, pernyataan Iran ini sebagai respons terhadap kesepakatan antara kedua negara yakni UEA-Israel, yang menormalkan hubungan mereka.
"Langkah memalukan Abu Dhabi untuk mencapai kesepakatan dengan rezim Zionis palsu (Israel) adalah langkah berbahaya dan UEA dan negara lain yang mendukungnya akan bertanggung jawab atas konsekuensinya," tulis pernyataan Kemenlu Iran, sebagaimana diberitakan IRNA.
"Ini menusuk dari belakang Palestina dan akan memperkuat persatuan regional melawan rezim Zionis," tambah kementerian luar negeri Iran.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gelar Perjanjian Damai dengan UEA, Israel Setuju Tak Caplok Tepi Barat" dan kontan.co.id dengan judul "Respons keras Iran atas kesepakatan Uni Emirat Arab - Israel".