Penulis
Intisari-Online.com -KeturunanSultan Hamengkubuwono (HB) II menuntut sejumlah hal kepada pemerintah Inggris, termasuk sejumlah emas.
Trah Raja Keraton Yogyakarta tersebut juga menuntut Pemerintah Inggris melakukan permintaan maaf secara terbuka kepada mereka.
Hal ini terkait dengan sebuah peristiwa yang terjadi lebih dari 2 abad silam, tepatnya pada Juni 1812.
Peristiwa yang dimaksud adalah Perang Sapehi atau lebih dikenal dengan sebutan Geger Sapehi.
Dalam perang tersebut, keluarga HB II mengklaim pemerintah Inggris telah melakukan penjarahan terhadap harta keraton.
Selain itu, mereka juga merasa ada kesalahan dalam penulisan sejarah dimana mereka mengklaim peristiwa tersebut bukanlah sebuah penaklukan.
Oleh karenanya, mereka juga menuntut dilakukannya pelurusan sejarah dari Perang Sapehi.
Memang apa yang sebenarnya terjadi? Selain itu, seberapa banyak jumlah harta, khususnya emas, yang dirampas oleh Pasukan Inggris?
Ternyata jumlahnya tidaklah main-main, bisa mencapai 48 kali cadangan minyak Freeport yang disebut mencapai1.187 Ton pada 2018.
Ya, trah HB II menuntut Inggris mengembalikan57.000 ton emas yang dirampas dari Keraton Yogyakarta saat perang terjadi.
"Geger Sepehi proses penyerangan perampasan Inggris dengan berbagai kelompok, di situ terjadi peperangan yang terjadi dampak yang tidak diinginkan seperti perampasan dokumen manuskrip, karya sastra, hingga perhiasan," kata perwakilan trah HB II, Fajar Bagus, saat dihubungi, Kompas.com, Selasa (28/7/2020).
Menurut Fajar, sudah ada upaya untuk mendata hasil jarahan Perang sepehi yang tersebar di Inggris dan Eropa selama satu tahun terakhir.
Pada 2018 dan 2019, dia menyebut, ada beberapa manuskrip yang dikembalikan.
Fajar mengatakan, tuntutan pengembalian hasil jarahan oleh Pemerintah Inggris, termasuk ribuan ton emas, bukan tujuan utama keluarganya.
Keturunan HB II hanya ingin ada pelurusan sejarah soal Perang Sepehi, sehingga Raja Keraton Yogyakarta itu bisa diajukan menjadi Pahlawan Nasional.
"Intinya Geger Sepehi bukan peristiwa penaklukan, tetapi sebuah usaha secara masif dan barbar dibuat seolah-olah penaklukkan," ujarnya.
Baca Juga: Liburan Natal dan Tahun Baru di Yogyakarta ala Intisari: Bermain dengan Kuntul di Desa Ketingan
Fajar juga membantah, anggapan Perang Sepehi adalah perang saudara.
Sementara itu, penulis buku Geger Spehi Lilik Suharmajin membenarkan adanya perang yang terjadi pada 1812 itu mengakibatkan Beteng Lor Wetan runtuh.
"Inggris menjajah India, orang-orang India dijadikan tentara bayaran. Tahun 1811 menyerang Palembang dan tahun 1812 menyerang Jawa. Saat itu jawa dikuasai Daendels (Gubernur Jenderal Hindia Belanda), karena Daendels kalah lalu jenderal dijabat Jensen, Inggris menguasai Jawa," jelasnya.
Lilik membenarkan, akibat Perang Sepehi terjadi perampasan manuskrip, karya-karya intelektual dan perhiasan.
"Setelah perang karya-karya intelektual Keraton Yogyakarta habis dijarah semua, setelah perang mereka menjarah dengan pedati, dipanggul," katanya.
Namun, Lilik meragukan adanya 57.000 ton emas yang turut dijarah dalam perang tersebut.
"Selama meneliti itu tidak ada, jadi yang dijarah adalah uang, manuskrip atau kekayaan intelektual, dan perhiasan milik Ratu Kencana Wulan, istri tercinta HB II," katanya.
Terkait wacana keluarga trah HB 2 untuk mengembalikan manuskrip, Dia mempertanyakan apakah fasilitas sudah disiapkan untuk merawat manuskrip tersebut.
"Mereka menganggap manuskrip adalah sesuatu yang penting, makanya dijaga dengan memerhatikan suhu udara agar tidak rusak. Apakah sudah siap dengan fasilitasnya," ucapnya.
(Wisang Seto Pangaribowo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Keluarga HB II Tuntut Pemerintah Inggris Minta Maaf dan Kembalikan Emas Jarahan".
Baca Juga: Semar Mabuk dan Jadah Pengantin