Penulis
Intisari-Online.com -Meskipun tidak dalam kategori spesies terancam punah, tapi rasanya sukar sekali menemukan kuntul di Indonesia saat ini. Terlebih di kota-kota besar macam Jakarta. Tapi di Yogyakarta, ada desa asri di mana kita bisa menemui kuntul. Ya, kita bermain dengan kuntul di Desa Ketingan yang terletak di Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
Untuk menuju ke lokasi ini, dari Terminal Jombor, masuk ke kawasan pedesaan sisi barat, mengikuti papan petunjuk ke arah desa. Bisa juga melalui Jalan Jombor-Magelang, mengikuti papan petunjuk di sisi barat jalan.
Burung kuntul selalu muncul saat sawah mulai digarap. Biasanya begitu bajak sawah membolak-balik tanah, maka burung kuntul akan sigap mencari makanan di antara bongkahan tanah. Kuntul akan membersihkan secara alami hewan pengganggu sehingga tanaman padi akan mengawali masa tanamnya dengan sehat dan kuat.
Di Desa Ketingan yang sejak tahun 200 diresmikan oleh Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono X menjadi desa konservasi, burung kuntul dan kehidupan masyarakat pertanian saling mengisi. Burung kuntul biasanya bersarang di pohon yang tinggi. Oleh karena itu, warga sekitar membiarkan pohon-pohon besar tumbuh di desa. Pada musim hujan, biasanya burung ini berombongan datang, lalu bersarang di pucuk pohon. Sarangnya terbuat dari ranting yagn saling menganyam.
Bulan Januari-April ialah musim terbaik mengintip burung ini. Ada ribuan burung yang datang, bersarang, dan bertelor. Kalau berjalan di bawah sarangnya, sesekali ada anak burung yang jatuh dan terluka. Biasanya warga akan merawat anak ini sampai tumbuh. Titik pandang yang paling baik ialah gardu pandang yang tersebar di beberapa titik kawasan desa.
Gardu ini cukup berjarak, dipastikan aman buat burung kuntuk dan siapa pun yang berminat mengamati aksi burung ini.
“Berburu” burung kuntul saat mereka bersarang adalah kegiatan mengasyikkan. Tidak dengan bedil, tapi dengan kamera dan kertas. Mungkin bisa menjepret aksi terbang kuntul yang terbang atay merayu pasangannya untuk kawin. Atau dengan sketsa bisa mencoret-coret di atas kertas. Terbang, menukik, memberi makan, bayi-bayi kuntul tertatih siap terbang, menjadi pemandangan yang asyik di Desa Ketingan.
Jangan kaget, bila sesekali ada kotoran burung yang hinggap di pundak atau kepala kita. Anggap saja itu sebagai salam perkenalan dari Bung Kuntul!
Ribuan kuntul tidak datang begitu saja, tapi juga dibarengi usaha warga untuk membuat habitatnya terasa nyaman. Awalnya di tahun 1997, ketika serombongan kuntul datang dan bersarang di sekitar persawahan Desa Ketingan, lalu diikuti oleh kuntul-kuntul yang lain. Awalnya burung ini diburu, dan bahkan diusir karena membuat kotor. Bukannya pergi dan megnhilang, tapi makin banyak yang datang ke sana. Akhirnya para warga pun paham bahwa desa mereka adalah tempat kesukaan mereka.
Alam desa pun diperbaiki. Banyak pohon besar ditanam. Tata desa pun dirembug lagi untuk lebih selaras alam. Hasilnya, desa yang hijau jadi makin menghijau karena kehadiran si kuntul. Kotoran burung bisa menjadi pupuk organik yang menyuburkan tanah Desa Ketingan.
Pagi-pagi area sarang kuntul pun sudah berisik dengan celotehan burung-burung itu. Kepala kecil kuntul sangat indah jika ditimpa sinar matahari pagi. Warnanya kekuningan, berlatat langit biru. Jika takut kehilangan momen menakjubkan ini, di Desa Ketingan ada beberapa rumah warga yang siap untuk penginapan. Fasilitas seperti guide tour, warung makan, WC/kamar mandi, merchandise, pusat informasi pun sudah ada di desa. Ingin berwisata sembari belajar tentang burung kuntul? Desa Ketingan satu-satunya yang memungkinkan.