Dijuluki 'Chernobyl Terbang' dan 'Senjata Hari Kiamat', Inilah 2 Senjata Penghancur Milik Rusia yang Bikin AS Memohon-mohon

Ade S

Penulis

Dijuluki 'Chernobyl Terbang' dan 'Senjata Hari Kiamat', Inilah 2 Senjata Penghancur Milik Rusia yang Bikin AS Memohon-mohon

Intisari-Online.com -Amerika Serikat dipastikan tidak akan pernah punya nyali untuk menyerang Rusia karena adanya dua senjata mengerikan ini.

Kedua senjata yang masing-masing dijuluki"Chernobyl kecil terbang" dan "senjata hari kiamat" ini membuat AS berpikir berkali-kali untuk menyerang Rusia.

Bahkan secara khusus AS sampai memohon kepada Rusia untuk berhenti mengembangkan kedua senjata tersebut.

AS memang berdalih itu demi keselamatan warga Rusia, padahal sebenarnya AS diyakini sangat ketakutan dengan keberadaan senjata-senjata tersebut.

Baca Juga: Kenakan Jimat Sakti, Pria Cianjur Ini Kebal Tusuk dan Tak Mempan Dibacok, Namun Pria Ini Malah Tewas dengan Cara Sepele Kena Hantam Benda Ini

Kedua senjata yang dimaksud adalah Burevestnik dan Poseidon.

Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk Kontrol Senjata mengatakan, Rusia harus berhenti mengembangkan apa yang ia yakini sebagai rudal jelajah bertenaga dan berhulu ledak nuklir yang berbahaya.

Burevestnik, yang NATO sebut sebagai SSC-X-9 Skyfall, diyakini telah meledak selama tes peluncur roket rahasia di laut di Rusia Utara pada Agustus tahun lalu dan menewaskan lima ilmuwan.

Media Rusia menggambarkan Burevestnik, yang oleh Presiden Vladimir Putin katakan tidak terbatas jangkauannya dan mampu menghindari perisai rudal AS, sebagai "Chernobyl kecil terbang".

Baca Juga: Robot Anjing hingga Bom Kelelawar, Ini 7 Senjata Militer Paling Aneh di Dunia, Tapi Kekuatannya Sangat Mematikan!

Marshall Billingslea, Utusan Khusus Presiden AS untuk Kontrol Senjata, menyatakan, sangat jelas, rudal Rusia tersebut adalah pemborosan dana yang sangat besar.

Dan, Moskow harus "berhenti dan meninggalkan ide-ide yang mengganggu kestabilan".

"Kami terus terang tidak berpikir senjata ini harus ada sama sekali," kata Billingslea di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Selasa (21/7), seperti dikutip The Moscow Times.

Menurut dia, negosiasi pengendalian senjata AS-Rusia akan mencakup beberapa senjata nuklir dan hipersonik yang Putin sebutkan menjelang pemilihannya kembali pada 2018 lalu. Tapi, ia menekankan, Rusia harus memasukkan Burevestnik.

Poseidon, senjata hari kiamat

“Mengapa Anda memiliki rudal jelajah bertenaga nuklir dan berhulu ledak nuklir? Itu tidak lebih dari Chernobyl terbang,” sebut Billingslea.

Baca Juga: AS Kecam Perkembangan Sistem Senjata Kiamat Rusia yang Jadi Agenda Putin Sejak 2018 Lalu: Tak Lebih dari Chernobyl Terbang!

“Pikirkan saja radioaktif yang akan dihasilkannya saat ia berputar (terbang). Tidak ada argumen yang baik dan logika untuk memiliki sistem kiamat semacam ini," ujarnya.

Dalam kicauan di Twitter pada awal Juli lalu, Billingslea mengatakan, AS melihat Burevestnik dan "drone hari kiamat" Poseidon sebagai "konsep mengerikan" yang harus Rusia tangguhkan.

Poseidon adalah salah satu dari enam senjata nuklir strategis baru negeri beruang merah.

Kapal selam tak berawak tersebut juga bertenaga dan membawa hulu ledak nuklir.

Rusia membuat drone berbentuk seperti torpedo raksasa untuk membawa hulu ledak nuklir seberat hingga dua megaton.

Analis senjata menyebutnya sebagai "senjata nuklir hari kiamat".

Baca Juga: Siaga Perang Dunia Ketiga, Militer Rusia Tiba-tibaLuncurkan 'Tank Terbang' yang Dapat Menyemburkan Api, Salah Satu Senjata Mematikan yang Pernah Ada

Mendapat dukungan reaktor nuklir kecil, Poseidon memiliki jangkauan 10.000 kilometer untuk mengarungi lautan dunia.

Meluncur dari Laut Barents atau perairan lain di Kutub Utara, drone bawah air tersebut bisa melintasi Atlantik Utara.

Hanya, tak lama setelah kecelakaan mematikan saat uji coba Burevestnik pada Agustus 2019 lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan, AS memiliki rudal "serupa tapi lebih canggih.

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Ini dua senjata nuklir Rusia yang bikin Amerika Serikat gentar".

Artikel Terkait