Penulis
Intisari-Online.com -Hingga kini, vaksin virus corona masih terus dikembangkan dan beberapa telah memasuki tahap pengujian sebelum bisaditerapkan pada manusia.
Di antara banyak negara yang sedang mengembangkan virus corona tersebut, ada AS dan China yang berlomba-lomba kembangkan vaksin tersebut.
Namun, di balik pengembangan vaksin virus corona tersebut, Departemen Kehakiman AS menuduh China mensponsori adanya peretasan yang menargetkan laboratorium yang mengembangkan vaksin Covid-19.
Melansir BBC, Rabu (22/7/2020), para pejabat telah menuntut dua pria China yang diduga memata-matai perusahaan AS yang melakukan penelitian virus corona.
Para mata-mata itu juga mendapat bantuan dari agen-agen negara untuk pencurian lainnya.
Tuduhan itu muncul di tengah tindakan keras AS terhadap spionase dunia maya yang dilakukan Tiongkok.
Pekan lalu, Inggris, AS, dan Kanada juga menuduh Rusia berupaya mencuri penelitian terkait Covid-19.
Dua pria yang dituduhkan adalah mantan mahasiswa teknik elektro Li Xiaoyu dan Dong Jiazhi.
Tuduhan itu dirilis pada hari Selasa termasuk tuduhan pencurian rahasia dagang dan konspirasi penipuan kawat.
Penipuan kawat (wire fraud) adalah kajahatan yang melibatkan pengiriman transmisi elektronik yang terkait dengan penipuan.
Jaksa penuntut mengatakan kedua orang itu memata-matai sebuah biotek perusahaan Massachusetts pada Januari.
Perusahaan tersebut diketahui sedang meneliti obat untuk Covid-19.
Keduanya juga meretas sebuah perusahaan Maryland kurang dari seminggu sebuah perusahaan di Maryland kurang dari seminggu setelah perusahaan tersebut mengatakan sedang meneliti Covid-19.
Para pejabat menyebut para pria itu peretas individu yang sesekali menerima dukungan dari agen-agen intelijen China, termasuk seorang perwira dari Kementerian Keamanan Negara Tiongkok (MSS).
Para jaksa penuntut mengatakan kedua pria itu kadang-kadang bertindak untuk kepentingan mereka sendiri.
Contohnya, pada satu kesempatan mereka menuntut uang tebusan dari sebuah perusahaan sebagai imbalan untuk tidak menyebar informasi pribadi pribadi.
Tetapi pada lain kesempatan, mereka "mencuri informasi yang jelas-jelas menarik" dan memberikannya kepada pemerintah Tiongkok.
Menurut dakwaan, para peretas "bekerja dengan, dibantu oleh, dan dioperasikan dengan persetujuan" MSS.
Baca Juga: 12 Bagian Tergeli pada Wanita ini Bisa Berikan Orgasme yang Lebih Baik
Mereka diduga mencuri data militer dan memberikan kata sandi kepada seorang aktivis demokrasi di Hong Kong dan mantan pemrotes Lapangan Tiananmen.
"China sekarang telah mengambil tempat, di samping Rusia, Iran dan Korea Utara, di klub negara-negara memalukan yang menyediakan tempat yang aman bagi para penjahat dunia maya dengan imbalan para penjahat yang 'dipanggil' untuk bekerja demi keuntungan negara, di sini untuk memberi makan rasa lapar yang tak terpuaskan dari Partai Komunis China terhadap kekayaan intelektual perusahaan Amerika dan non-China lainnya, termasuk penelitian Covid-19," John Demers, asisten jaksa agung untuk keamanan nasional, mengatakan pada hari Selasa.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menolak gagasan bahwa negara itu melakukan serangan dunia maya untuk mencuri penelitian Covid-19 AS sebagai "tidak masuk akal".
Awal bulan ini, Direktur FBI Christopher Wray menuduh China dari "upaya seluruh negara untuk menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia dengan segala cara yang diperlukan".
"Kami sekarang telah mencapai titik di mana FBI sekarang membuka kasus kontra-intelijen baru terkait China setiap 10 jam," kata Wray.
"Dari hampir 5.000 kasus kontra intelijen aktif yang saat ini sedang berjalan di seluruh negeri, hampir setengahnya terkait dengan China," tambahnya.