Penulis
Intisari-Online.com - Wakil menteri luar negeri Iran mengatakan hari Minggu (12/7/2020), menyusul pembunuhan AS terhadap Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) komandan Pasukan Quds Qasem Soleimani, Washington telah meminta Teheran untuk tidak melakukan pembalasan terhadap kepentingan AS.
Menurut kantor berita semi resmi Iran Fars, "AS mengirim pesan ke Iran melalui duta besar Swiss (yang misinya juga bertindak sebagai bagian kepentingan Washington di Teheran)."
"Amerika meminta agar Iran tidak memberikan aksi balasan."
"Tetapi ditolak segera," kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran Mohsen Baharvand seperti yang dilansir Jerusalem Post.
Wakil menteri luar negeri kemudian merujuk pada laporan PBB baru-baru ini yang menggambarkan pembunuhan Soleimani sebagai pelanggaran hukum internasional.
"Kecaman atas tindakan AS oleh (Agnès) Callamard sebagai pelapor khusus PBB, seorang ahli dan pengacara yang tidak memihak, sangat berharga.
"Dan laporan itu sekarang menjadi salah satu dokumen PBB dan akan tetap selama beberapa dekade di masa depan," paparnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Soleimani menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak AS terhadap konvoi di Bandara Internasional Baghdad di Irak pada 3 Januari.
Serangan itu juga menewaskan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Unit Mobilisasi Populer Irak (PMU), yang telah disebut sebagai kekuatan proksi Iran di wilayah tersebut.
Secara total, lima pria Iran dan lima pria Irak tewas dalam serangan itu.
Dimulai pada 8 Januari, IRGC melancarkan serangan balasan terhadap target AS di wilayah tersebut.
Mengutip Reuters, seorang penyelidik hak asasi manusia PBB mengatakan pada hari Senin (6/7/2020), serangan pesawat tak berawak (drone) milik Amerika Serikat (AS) pada Januari lalu di Irak yang menewaskan jenderal top Iran Qassem Soleimani dan sembilan orang lainnya merupakan pelanggaran hukum internasional.
Menurut Agnes Callamard, pelapor khusus PBB, Amerika Serikat telah gagal memberikan bukti yang cukup tentang serangan yang sedang berlangsung atau yang akan segera terjadi terhadap kepentingannya untuk membenarkan serangan terhadap konvoi Soleimani ketika meninggalkan bandara Baghdad.
Dalam sebuah laporan tertulisnya, Callamard mengatakan bahwa serangan itu melanggar Piagam PBB.
Dia juga menyerukan pertanggungjawaban atas pembunuhan yang ditargetkan oleh drone bersenjata dan untuk menyusun lagi regulasi senjata yang lebih besar.
"Dunia berada pada saat kritis, dan kemungkinan titik kritis, ketika menyangkut penggunaan pesawat tak berawak. ... Dewan Keamanan PBB tak ada aksi; masyarakat internasional, mau tidak mau, sebagian besar diam," jelas Callamard, seorang penyelidik independen, kepada Reuters.
Callamard dijadwalkan pada hari Kamis untuk mempresentasikan temuannya kepada Dewan Hak Asasi Manusia, memberikan negara-negara anggota kesempatan untuk memperdebatkan tindakan apa yang harus dilakukan.
Amerika Serikat bukan anggota forum, karena telah memutuskan berhenti dua tahun lalu.
Soleimani, pemimpin Pasukan Quds Pengawal Revolusi, adalah tokoh penting dalam mengatur kampanye Iran untuk mengusir pasukan AS dari Irak, dan membangun jaringan tentara proksi Iran di Timur Tengah.
Washington menuduh Soleimani mendalangi serangan oleh milisi yang berpihak Iran pada pasukan AS di wilayah tersebut.
(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Iran: AS 'memohon' Iran untuk tidak membalas pembunuhan Soleimani, tapi ditolak!"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari