Covid Hari Ini 11 Juli 2020: Wacana Rapid Test Digratiskan Bagi Warga Miskin, dan Apa Artinya Corona Bisa Menyebar di Udara

May N

Penulis

Komisi IX DPR mengusulkan gratisnya rapid test bagi warga miskin dan alat test dari dalam negeri, sedangkan ini panduan menangkis virus Corona

Covid Hari Ini 11 Juli 2020: Wacana Rapid Test Digratiskan Bagi Warga Miskin, dan Apa Artinya Corona Bisa Menyebar di Udara

Intisari-online.com -Berikut adalah perkembangan terbaru Covid-19.

WHO telah sebutkan jika virus Corona penyebab Covid-19 bisa menular melalui udara dalam bentuk airbone.

Hal itu menjelaskan mengapa pertambahan kasus harian semakin banyak.

Rapid test Covid-19 menjadi tonggak penting untuk menangani Covid-19.

Baca Juga: Amazon Larang Karyawan Pakai Aplikasi TikTok dan Menghapusnya

Untuk itu, anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani mengatakan, pemerintah harus menetapkan formula agar rapid test Covid-19 agar dapat diakses dan dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Ia meminta agar pemerintah dapat menggratiskan rapid test Covid-19 bagi masyarakat tidak mampu.

"Seharusnya pemerintah menggratiskan rapid test untuk masyarakat tidak mampu.

Harus ada formulasi aturan agar masyarakat berpenghasilan rendah, rentan miskin, dan tidak mampu dapat menjalani rapid test dengan biaya ditanggung pemerintah," kata Netty dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/7/2020).

Baca Juga: Ratusan Keluarga Kerajaan Arab Saudi Terjangkit Virus Corona, Rakyat Jelata Dipindahkan ke RS 'Kurang Elit' Agar Anggota Kerajaan Mendapat Perawatan Maksimal, Lalu Bagaimana Dengan Raja Salman?

Menurut Netty, ketersediaan dan keterjangkauan rapid test Covid-19 menjadi penting di tengah kebijakan new normal atau kenormalan baru yang disusun pemerintah.

Politikus PKS itu mengatakan, pelindungan kesehatan bagi masyarakat harus diperkuat.

"Kebutuhan masyarakat akan surat keterangan bebas Covid-19 sebagai syarat bepergian dengan transportasi umum tentu makin tinggi.

"Kasihan jika rakyat tidak bisa mobilitas karena biayanya mahal.

Baca Juga: Gajinya Tembus Rp7 Miliar Sekali Jalan, InilahKisah Pilot Pengangkut Uang Haram Raja Narkoba Pablo Escobar, Saking Banyaknya, Uangnya Harus Diangkut dengan Pesawat

"Begitu juga para karyawan yang mau kembali bekerja dan perusahaan mensyaratkan ada surat keterangan bebas Covid-19, sementara tidak membiayai tes," ucapnya.

Netty menilai, penetapan batas tarif tertinggi rapid test sebesar Rp 150.000 yang ditetapkan Kemenkes tidak sepenuhnya memberikan solusi.

Ia mengatakan, di lain sisi pemerintah tidak memerhatikan harga alat tes di tingkat distributor dan komponen biaya lainnya yang timbul.

"Pemerintah seharusnya memberi subsidi atas kelebihan biaya yang dikeluarkan fasilitas kesehatan. Kemudian pemerintah juga harus menjamin tersedianya alat tes dengan harga terjangkau dan valid hasilnya untuk menekan biaya," tuturnya.

Baca Juga: Sudah Berikan 6.000 Perawan Untuk Tumbal Ramuan Hidup Abadi, Kaisar China Ini Malah Ditipu Mentah-mentah Oleh Kroconya Sendiri, Diberi Ramuan Racun yang Membunuhnya Sekali Teguk

"Jika ada produksi dalam negeri yang bagus, kenapa harus gunakan yang impor?" imbuh Netty.

Selain itu, Netty menyoroti kualitas alat rapid test yang tersedia di berbagai fasilitas layanan kesehatan.

Ia meminta pemerintah tidak hanya mengendalikan tarif rapid test, tetapi memastikan pengadaan alat tes yang valid.

Ia juga menyinggung banyaknya alat rapid test Covid-19 yang dijual bebas secara online.

Baca Juga: Menang Lotere Rp4,5 Triliun, Pria Ini Sesumbar Katakan 'Saya Memiliki Lebih Banyak Uang Daripada Tuhan,' Seketika Hidupnya Ketiban Sial Hingga Jatuh Melarat

Netty meminta pemerintah menertibkan penjualan bebas alat rapid test.

Penularan Lewat Udara

Virus Corona telah menyebar di seluruh dunia selama hampir 7 bulan, dan para ilmuwan masih berupaya memahami virus Corona baru ini.

Terbaru, WHO mengakui bukti yang didapatkan sejumlah studi bahwa virus corona bisa menyebar melalui udara.

Baca Juga: Betapa Tak Punya Hatinya China dan Rusia, Bantuan Kemanusiaan yang Jadi Penentu Hidup-Matinya Belasan Jutaan Masyarakat Suriah Ini Malah Dihambat, Ini Dalih Mereka

Pada Kamis (9/7/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pernyataan resmi yang menyebutkan sejumlah studi yang menunjukkan bahwa virus corona bisa bertahan di udara, terutama pada ruangan tertutup, dan bisa menular.

Berikut beberapa poin terkait kajian terbaru yang dirilis WHO mengenai penyebaran virus corona di udara yang perlu dipahami:

Virus Corona menyebar melalui udara dan droplet

Pembaharuan WHO mengenai transmisi virus corona melalui udara tidak menghapus peringatan WHO mengenai penularan virus ini melalui droplet.

Baca Juga: Sakti Mandraguna Bisa Menghilang di balik Dedaunan, Inilah Suku Dayak Terkuat Penjaga Rimba Kalimantan, Musuh Manusia yang Tewas di Tangannya Bisa Menjadi Santapannya

Kontak dekat dengan seseorang yang mengeluarkan air liur atau sekresi pernapasan dengan droplet berdiameter lebih dari 5-10 mikron tetap berpotensi menularkan virus.

Oleh karena itu, imbauan untuk menjaga jarak tetap berlaku.

Menurut WHO, udara yang diembuskan oleh penderita Covid-19 memungkinkan transmisi virus melalui aerosol.

Teori tersebut menunjukkan bahwa sejumlah tetesan pernapasan menghasilkan aerosol mikroskopis ketika seseorang menguap, bernapas, dan berbicara.

Baca Juga: Tetap Tajir Melintir Meski Krisis Corona, Forbes Rilis 10 Konglomerat Dunia pada Paruh Pertama 2020, Bill Gates Dilibas Pembuka Jualan Lapak Online Ini dan Ada yang Sampai Bisa Beli Pulau Pribadi

"Dengan demikian, seseorang dapat terinfeksi virus ketika menghirup aerosol yang memiliki proporsi cukup untuk menyebabkan infeksi," demikian pernyataan WHO, seperti dikutip Kompas.com dari laman resmi WHO, Jumat (10/7/2020).

Namun, belum diketahui secara pasti berapa banyak proporsinya untuk bisa menginfeksi orang lain.

WHO menyebutkan, beberapa laporan Covid-19 yang terkait dengan kerumunan di dalam ruangan telah menemukan potensi penularan virus melalui aerosol dan dikombinasikan dengan droplet, misalnya ketika latihan paduan suara, berada di restoran, atau gym.

Awalnya, WHO hanya mengatakan bahwa kemungkinan penyebaran aerosol dapat terjadi hanya ketika ada tindakan medis yang menghasilkan aerosol.

Baca Juga: Bukan Main, Pria Ini Lakukan Olahraga Seperti Monyet Selama 30 Tahun, Klaim Hal Tersebut Menjadikannya Tetap Sehat

Namun, perkembangan yang terjadi menunjukkan tidak hanya demikian.

Penelitian tentang transmisi aerosol dengan fisika aliran dan udara menjelaskan bagaimana aerosol sangat mungkin menjadi sarana penularan.

Teori itu menjelaskan bahwa setiap tetesan pernapasan menghasilkan aerosol mikroskopis kurang dari 5 mikron ketika menguap.

Sedangkan pernapasan normal dan berbicara menghasilkan aerosol yang diembuskan.

Baca Juga: Kebangetan, Demi Tutupi Boroknya Suka Perkosa Anak Sendiri, Supir Truk ini Nikahkan Anaknya dengan Pria Disabilitas, Jelang Nikah Masih Diperkosa

Sehingga, bagi orang yang rentan, ketika mereka menghirup aerosol dapat terinfeksi saat jumlah virus yang mereka hirup cukup untuk menghasilkan infeksi.

(Tsarina Maharani, Nur Rohmi Aida)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anggota Komisi IX DPR: Gratiskan Rapid Test Covid-19 untuk Warga Tidak Mampu" dan "Yang Perlu Dipahami soal Penularan Virus Corona Melalui Udara"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait