Dulu Jadi Korban Kebakaran hingga Alami 60% Luka Bakar, Lumpuh, dan Kerusakan Otak, Kini Wanita Ini Meninggal Dunia dalam Kesendirian Setelah 11 Tahun Menderita

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Setiap orang punya ceritanya masing-masing.

Ada cerita bahagia. Ada juga cerita kesedihan.

Seperti yang dialami oleh wanita di bawah ini.

Dilansir dari mirror.co.uk pada Kamis (9/7/20200, ketika usianya masih 33 tahun,Irina Pekarskaya, terjebak dalam sebuahkebakaran klub malam.

Baca Juga: Dikira Alergi Susu, Ternyata Bayi Usia 1 Tahun Ini Meninggal Karena Kanker yang Sangat Langka dan Agresif, 'Dia Pergi dalam Pelukan Saya'

Klub malam tersebut bernamaLame Horse dan terletak di di Perm, Rusia.

Saat itu, klub malam yang didatangi Irina itu sangat penuh ketika sebuah kembang api meledak di dalam tempat hiburan tersebut.

Akibatnyalusinan orang terbakar hidup-hidup.

Baca Juga: Punya Banyak Musuh dan Dinilai Selalu Kontroversial, Justru Trump Miliki Peluang Sebesar 91% untuk Menang Pilpres dan Jadi Presiden AS Lagi

Menurut pihak pemerintah setempat, ada 156 orang tewas dan membuat kasus kebakaran ini menjadi kasus kebakaranterburuk Rusia.

Di antara mereka, Irina yang menjadi korban ke-157 selamat.

Sementara rekannya, Sergey Kolpakov, yang saat itu berusia 49 tahun, keluar untuk merokok, sehingga dia selamat dari bencana.

Walau begitu, Irina menderita 60 persen luka bakar di paru-parunya, kerusakan otak beracun, dan patah rahang di neraka.

Irina lumpuh, tidak bisa bicara, serta kaki dan lengannya berhenti berkembang.

Setelah kengerian itu, Irina dibawa ke Jerman untuk dirawat.

Tetapi kondisi tidak juga membaik. Malah luka-lukanya semakin menyakitkan dan melemahkan.

"Tujuh tahun setelah kebakaran, dia pernah menangis ketika dia melihat kedua putranya untuk pertama kalinya," kata ibunya Galina (71).

Baca Juga: Trump Paksa Sekolah Dibuka Kembali, Guru di AS: Kami Tantang Presiden Trump untuk Duduk di Kelas di Tengah Pandemi Virus Corona Ini!

Setelah hampir 11 tahun berjuang, Irina meninggal dunia baru-baru ini.

Dia meninggal dalam kesendirian di tengah pandemi virus corona. Bahkan keluarganya tidak bisa menjenguknya untuk memberikan penghormatan terakhir.

Hanya saya, ibunya tetap bersyukur.

"Irina tidak memiliki apa-apa selain menderita selama 11 tahun ini," terang Galina.

Selama beberapa tahun Galina mati-matian mencari uang untuk perawatan Irina.

Kini, dia harus merelakan putrinya pergi untuk selama-lamanya dan menjaga kedua cucunya.

Baca Juga: Ada 3 Juta Kasus Covid-19 di AS, Trump Tetap Desak Sekolah Dibuka Lagi, 'Kami Akan MenekanPara Guru Agar Sekolah Dibuka Kembali'

Artikel Terkait