Mengharukan, Betapa Mahasiswa IPB yang 'Hilang' Selama 15 Tahun Ini Memilih Mengakrabi Para Petani dan 'Tinggalkan' Bangku Kuliah, Lebih Nyaman Pakai Sandal Jepit dan Kaos Lusuh

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Aktivis bersandal jepit ini menghilang selama 15 tahun karena perasaannya yang melarut pada masyarakat Waimital, Pulau Seram, Maluku.

Intisari-Online.com - Berbeda dengan kebanyakan mahasiswa yang berambisi menyelesaikan skripsi demi selembar ijazah, Muhammad Kasim Arifin yang bersahaja melangkah lebih jauh.

Bahkan, aktivis bersandal jepit ini menghilang selama 15 tahun karena perasaannya yang melarut pada masyarakat Waimital, Pulau Seram, Maluku.

Pada 1964, dia merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian, IPB.

Awalnya, selama beberapa bulan, Program Pengerahan Mahasiswa (kkn) pun dijalaninya bersama mahasiswa lainnya di Waimital.

Baca Juga: Ada 3 Juta Kasus Covid-19 di AS, Trump Tetap Desak Sekolah Dibuka Lagi, 'Kami Akan MenekanPara Guru Agar Sekolah Dibuka Kembali'

Mereka memperkenalkan program Panca Usaha Tani, namun Kasim Arifin nampaknya begitu mendalami tugasnya.

Dia terlibat jauh dalam pengabdian luar biasa dengan mengajar petani untuk meningkatkan hasil tanaman dan ternak mereka.

Saat teman kelompoknya pulang dari program itu, Kasim menolak pulang dan memilih untuk tinggal di Waimital.

Kasim juga membuka jalan desa, membangun sawah, membuat irigasi, dan itu dilakukannya sendiri tanpa bantuang uang dari pemerintah.

Baca Juga: Keyakinan Bakal Terjadi Perang Dingin Baru China-AS, Pihak Mana yang Memulai 'Serangan'? Ini Kata Peneliti Tiongkok

Meninggalkan menara gading perkuliahan, Kasim bahkan disapa sebagai Antua oleh warga setempat, yakni sebutan bagi orang yang dihormati di Maluku.

Nuraninya terketuk untuk melebur dengan masyarakat, kesehariannya dihabiskan dengan berjalan kaki 20 kilometer menuju sawah untuk 'praktik nyata' pengetahuan yang didapatkannya di bangku perkuliahan.

Terbiasa hanya memakai sendal jepit dan pakaian lusuh, Kasim sangat peduli pada para petani ini dan mendorong mereka untuk menjadi mandiri.

Baca Juga: Tak Hanya Pengaruhi Paru-paru, Kini Ilmuwan Sebut Virus Corona Bisa Merusak Otak dalam Skala Besar, Mulai dari Peradangan hingga Stroke

Disuruh Pulang

Saking sepenuh hati mengabdi pada petani hingga 15 tahun lamanya, banyak pihak yang membujuknya untuk pulang dan menyelesaikan kuliahnya.

Dari teman, orangtua, hingga rektor IPB sekalipun, Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution, tidak dipedulikannya.

Baca Juga: Bobol Kas Bank BNI Rp1,7 Triliun Lalu Buron Selama 17 Tahun, Maria Pauline Lumowa Berhasil 'Diseret' Oleh Yasonna dari Serbia

Namun akhirnya sahabatnya, Saleh Widodo, berhasil membujuknya.Kasim mendapat gelar insinyur pertanian istimewa, bukan karena skripsi atau ujian kampus, namun karena baktinya selama 15 tahun yang tanpa pamrih dan tak digaji di Waimital.

Dalam 'Hanna Rambe' sebagaimana dikutip hutan-tersisa.org, Meski harus berjalan kaki berkilo-kilo meter keluar-masuk hutan dan perkampungan, Kasim yang memasuki usia 66 tahun (lahir di Langsa, Aceh Timur, 18 April 1938) tidak tampak kelelahan.

"Pekerjaan saya memang seperti ini. Tahun 1960-an saya pernah melintasi jalur ini sampai ke Lokop," ungkapnya.

Baca Juga: Sering Kita Lakukan, Ternyata Nasi Tidak Boleh Terus Ditutup Setelah Matang, Bisa Sebabkan Efek Hal Berbahaya Ini

Lebih detail lagi, Kasim menghitung laju kerusakan hutan per detik, yang menunjukkan angka 965 meter persegi.

Sementara pertambahan penduduk yang rata-rata tiga juta jiwa per tahun pada kenyataannya justru mempercepat laju kerusakan hutan, bukan memperbesar rehabilitasi hutan.

Kasim pun akhirnya mengajar menjadi dosen di Unsyiah, Aceh, dan 'terlambat menikah' serta dikaruniai 3 orang anak.

Baca Juga: Diduga Kelelahan Tangani Pasien yang Membludak, 7 Tenaga Medis di Probolinggo Positif Covid-19

Dia juga menerima penghargaan kalpataru.

Pahlawan pertanian ini telah lama meninggal, namun banyak kisah dari hidupnya yang dapat dipjadikan pelajaran bagi generasi sekarang.

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait