Tinggal di Pulau Terluar di Indonesia, Begini Perjuangan Perawat Tangani Pasien, Jalan Kaki Susuri Tebing Berbatu, Tak Ada Listrik, Apalagi Sinyal

Mentari DP

Penulis

Maria Mahendra Charolin (28), adalah seorang perawat yang bertugas di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Intisari-Online.com - Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki ribuan pulau.

Tak heran, seluruh penduduk Indonesia tersebar di mana-mana.

Ada yang tinggal di pulau besar seperti Pulau Jawa atau Kalimantan. Ada juga yang tinggal di pulau kecil.

Seperti kisah wanita ini.

Baca Juga: Ngeri, Jika Tak Izinkan Anaknya Kembali ke Sekolah di Tengah Pandemi Covid-19, Orangtua Akan Terima Denda Sebesar Rp44 Juta dan Hukuman Penjara

Dilansir dari kompas.com pada Rabu (8/7/2020),Maria Mahendra Charolin (28), adalah seorang perawat yang bertugas di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Maria bertugas di pulau terluar di Flores ini sejak lima tahun silam.

Sejak lulus dari Poltekes Kupang, ia langsung ditempatkan di Pulau Palue.

Bertugas di pulau terluar adalah panggilan hidupnya.

"Bertugas di daerah terluar yang jauh dari riuhnya kota itu sangat mulia bagi saya."

Baca Juga: Sekolah Dibuka Lagi dan Baru Mau New Normal, Justru Kasus Virus Corona di Dunia Meningkat Tajam, Ada Lebih dari 100.000 Kasus per Hari!

"Awalnya memang berat, karena harus jauh dari keluarga," tutur Maria saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (7/7/2020).

Maria sudah lima tahun mengabdi di pulau terluar itu. Ia pun mengalami pengalaman pahit dan manis selama mengabdi.

Kondisi Pulau Palue juga menjadi tantangan sendiri bagi Maria. Tak semua daerah di Pulau Palue bisa dilalui kendaraan.

Tak jarang, Maria harus berjalan kaki puluhan kilometer untuk bisa sampai ke rumah warga.

Ia juga harus menyusuri tebing berbatu di pinggir pantai. Ada pilihan transportasi lain, seperti perahu.

Tapi, gelombang laut jadi tantangan berat bagi Maria ketika menumpang di perahu kecil.

Derasnya ombak menghantam bahu perahu begitu menguji adrenalin.

"Situasi dan kondisi tidak bisa dikompromi. Mau tidak mau harus dijalani."

"Jalan kaki melewati tebing pasti sakit. Begitu pula naik kapal motor lewat laut, pasti mabuk. Semuanya saya nikmati," ujar Maria.

Baca Juga: Sudah Jaga Jarak, Pakai Masker, dan Cek Suhu, Nyatanya 2 Siswa SD Langsung Positif Covid-19, Padahal Baru 1 Hari Masuk Sekolah Kembali

Maria menyebut, tantangan bukan beban.

"Meski begitu banyak menghadapi tantangan, ia tidak pernah putus asa melayani masyarakat."

"Cuaca buruk pun tidak menjadi halangan untuk melayani pasien yang butuh bantuan tenaga medis."

Tidak ada listrik dan sinyal telepon

Maria menuturkan, tak ada listrik dan sinyal telepon di Pulau Palue, tempatnya bertugas.

Untuk mengisi daya ponsel, ia harus mengantre di rumah yang memiliki genset.

Maria harus berjalan jauh dari perkampungan menuju sebuah bukit untuk mendapatkan sinyal telepon.

"Saat mau rujuk pasien, kami harus cari sinyal di tempat yang agak tinggi untuk bisa komunikasi dengan petugas di RSUD Tc Hilles Maumere," ungkap Maria.

Maria berharap pemerintah bisa mengalirkan aliran listrik dan sinyal telepon agar pulau tersebut tak ketinggalan informasi.

(Nansianus Taris)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Kisah Perawat di Pulau Terluar, Jalan Kaki Susuri Tebing Berbatu untuk Tangani Pasien")

Baca Juga: Sekolah-sekolah di Indonesia Siap Kembali Dibuka, Ini 7 Gejala Virus Corona pada Anak-anak yang Wajib Diwaspadai Orangtua

Artikel Terkait