Covid Hari Ini 5 Juli 2020: Kekeliruan Peringatan WHO ini Mungkin Jadi Sebab Jutaan Kasus Virus Corona di Dunia, Ratusan Ahli Yakin Covid-19 Bisa Tersebar di Udara

Tatik Ariyani

Penulis

para ahli menemukan bahwa virus sesungguhnya tidak hanya terdapat di percikan cairan tersebut kemudian jatuh ke permukaan benda, namun juga bisa melayang di udara.

Intisari-Online.com -Kasus virus corona sampai dengan saat ini masih menunjukkan peningkatan.

Melansir dari Worldometers, Sampai dengan Minggu (5/7/2020) jumlah kasus virus corona tercatat ada sebanyak 11.367.219 kasus terkonfirmasi.

Adapun jumlah kematian sebanyak 532.804 dan sembuh sebanyak 6.428.876.

Selama ini, virus corona penyebab Covid-19 diketahui menyebar lewat droplets atau tetesan cairan tubuh penderita yang bisa jadi langsung masuk kepada orang lain atau jatuh dan menempel di berbagai benda.

Baca Juga: Covid Hari ini 5 Juli 2020: Ada 62.142 Kasus di Indonesia, Tertinggi ke 9 di Asia dan Nomor 27 di Dunia, Hati-hati!

Setidaknya itulah yang disampaikan oleh Badan Kesehatan Dunia ( WHO) sejak awal pandemi ini terjadi.

WHO juga Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sejauh ini hanya menyampaikan virus ini bisa tertular dari dua hal: menghirup tetesan droplets orang yang terinfeksi dan menyentuh mata, mulut, atau hidung dengan tangan yang terkontaminasi virus.

Namun, para ahli menemukan bahwa virus sesungguhnya tidak hanya terdapat di percikan cairan tersebut kemudian jatuh ke permukaan benda, namun juga bisa melayang di udara.

Bahkan, virus di udara ini memiliki peran yang signifikan dalam menimbulkan jutaan kasus infeksi yang sejauh ini menyebabkan ratusan ribu jiwa melayang.

Baca Juga: Janjian dengan Pasien Lainnya, Pasien Covid-19 Asal Palu Ini Kabur dari Rumah Sakit, Alasannya Ingin Bertemu Istrinya yang Hamil Tua

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa partikel aerosol yang berasal dari cairan yang datang dari proses pernapasan, berbicara, batuk, dan bersin dapat menggantung di udara untuk waktu yang lama dan melayang sejauh puluhan meter dari tempat asalnya.

Ini membuat penggunaan ruang yang tertutup menjadi berbahaya, meskipun satu sama lain sudah melakukan jaga jarak fisik sesuai yang dianjurkan.

"Kami 100 persen yakin tentang hal ini," kata profesor ilmu atmosfer dan teknik lingkungan dari Queensland University of Technology, Brisbane, Lidia Morawska.

Baca Juga: Mengejutkan, Kasus Covid-19 di India Melonjak Setelah Hujan Muson Lebat Melanda Negara Itu, Ini Dia Sebabnya India dan Amerika Masih Hadapi Virus Corona Terus Menerus

Hal ini membuat ratusan ahli, bahkan disebutkan dalam SCMP, Minggu (5/7/2020), jumlahnya mencapai lebih dari 200 ahli yang menuduh WHO menyangkal adanya risiko penularan virus corona melalui udara atau aerosol.

Badan PBB ini menyebut transmisi lewat udara bisa terjadi tapi biasanya hanya terjadi saat pelaksanaan prosedur medis, seperti intubasi yang dapat memuntahkan partikel mikroskopis dalam jumlah besar, tengah berlangsung.

Morawska membuat sebuah surat terbuka kepada WHO yang menuduh mereka gagal mengeluarkan peringatan yang sesuai terkait risiko penularan melalui udara ini.

Dalam sebuah riset dari New England Journal of Medicine disebutkan, virus yang tengah diteliti dalam laboratorium dapat bertahan hidup selama 3 jam, itu setara dengan 30 menit di lingkungan sesungguhnya.

Sementara itu, para peneliti di China menemukan bukti adanya aerosol yang mengandung virus corona di dua rumah sakit yang terletak di Wuhan, kota pertama transmisi virus diketahui terjadi.

Total terdapat 239 peneliti dari 32 negara bersatu menandatangani surat itu dan hasil penelitian yang mereka lakukan akan diterbitkan minggu ini dalam sebuah jurnal ilmiah.

Baca Juga: Meski Hanya Rumah Kayu yang Terlihat Reyot, Rumah Ini Ditawar Hingga Rp20 Miliar, Tak Disangka Inilah yang Membuat Harganya Bisa Begitu Fantastis

Para peneliti ini begitu meyakini transmisi melalui udara ini menjadi satu-satunya penyebab paling masuk akal mengapa bisa terjadi penyebaran besar-besaran di sejumlah wilayah dunia.

Namun demikian, ahli dari WHO, dr. Benedetta Allegranzi justru menyebut apa yang disampaikan Morawska dan kelompoknya hanya mempresentasikan teori berdasar uji coba laboratorium, bukan bukti di lapangan.

"Kami menghargai dan menghormati pendapat dan kontribusi mereka dalam debat ini," kata Allegranzi.

Para peneliti yang melayangkan surat terbuka kemudian menyajikan fakta adanya kematian akibat virus corona pada dua anggota paduan suara di Washington padahal mereka sudah menggunakan hand sanitizer dan menghindari kontak fisik.

Bahkan dari 61 orang yang terlibat, hanya 8 di antaranya yang tidak terinfeksi virus.

Jika ditilik ke belakang, WHO dan CDC sempat memberikan anjuran yang berubah-ubah terkait penggunaan masker untuk mencegah transmisi virus.

Baca Juga: Terungkap, Inilah 'Posisi Elite' Ahok di DKI Jakarta yang Membuatnya Mampu Kumpulkan Semua Bukti Perselingkuhan Veronica Tan

Pertama, masker dianggap berlebihan jika dikenakan oleh orang sehat, lalu mereka merekomendasikan masker dipakai hanya oleh mereka yang sakit dan petugas medis.

Tak lama berselang, mereka merekomendasikan masker hanya penting digunakan oleh mereka yang bergejala Covid-19.

Dan saat ini, semua orang baik sakit, sehat, petugas medis maupun non-medis, diharuskan mengenakan masker ketika keluar rumah.

Luthfia Ayu Azanella

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ratusan Ahli Tuduh WHO Sangkal Fakta Virus Corona Bisa Tersebar di Udara"

Artikel Terkait