Pandemi Belum Berakhir, Waspadai Sampah Medis

Mahandis Yoanata Thamrin

Penulis

Majalah INTISARI Edisi Juli 2020—Buang Ragumu! Saatnya Bangkit di Era Kenormalan Baru.

Intisari-Online.com—Kita tiba di sebuah era penyesuaian menuju tatanan baru di Bumi. Selamat datang pada era kenormalan baru—yang sejauh ini justru ditandai fenomena “tidak normal”.

Apa fenomena "tidak normal" itu? Kita telah menyaksikan datangnya era kenormalan baru yang direspons oleh warga sebagai suka cita. Warga melepaskan kebosanan dengan berbondong-bondong menyerbu pusat perbelanjaan. Sebagian abai dengan masker dan jaga jarak—barangkali juga lupa akan protokol cuci tangan.

Pada awal pandemi, satu-satunya informasi yang kita yakini adalah rilis statistik dari pemangku kebijakan. Hari demi hari kita membandingkan pergerakan data jumlah kasus orang yang terinfeksi, jumlah orang dalam pengawasan, jumlah orang yang dites, jumlah kasus orang yang sembuh.

Sampai saya menulis pengantar editorial ini, jumlah kasus orang yang terinfeksi Covid-19 di negeri kita kian merangkak naik. Sejak lebaran silam, jumlah kasus orang terinfeksi setiap harinya bisa mencapai 900-an, bahkan pernah mencapai seribuan orang. Kendati jumlah yang sembuh juga meningkat, sepatutnya kita jauh lebih waspada saat harus beraktivitas di luar rumah. Pandemi belumlah berakhir, Kawan. Kini, kita merangkak menuju puncak pertempuran pandemi.

Baca Juga: Bijak Pakai Masker untuk Sayangi Diri dan Bumi, Orang Sehat Disarankan Pakai Masker Washable Ya!

Saya mengajak Kawan INTISARI untuk lebih waspada—alih-alih menakut-nakuti. Permasalahan lain yang timbul pada masa pandemi adalah sampah atau limbah medis.

Dari klinik sampai rumah sakit tentu harus meningkatkan pengawasan protokol dalam pengelolaan limbah medis sampai ke mana limbah medis mereka berakhir. Di negeri ini pengelolaan limbah medis masih menjumpai perkara ketersediaan insinerator, alat pembakar sampah yang dioperasikan menggunakan teknologi pembakaran dengan suhu tertentu.

Kita, sebagai warga, pun lebih saksama ketika harus membuang masker sekali pakai. Pastikan sampah medis itu dibuang di tempat sampah tertutup. Celakanya, sistem pemilahan sampah belum begitu memasyarakat di negeri ini. Saya khawatir limbah infeksius itu berkumpul di tempat pembuangan akhir, yang rentan memaparkan sang virus durjana.

Mulailah #PeduliTubuhmu untuk bijak membuang masker. Kita pun bisa menggunakan masker yang bisa dicuci dan dipakai ulang. Ramah kantong, ramah lingkungan.

Baca Juga: Waspadai Sampah Medis! Gara-gara Injak Jarum Suntik Bekas, Pria Ini Terkapar 8 Bulan