Masuk Zona Merah, Jumlah Pasien Positif Covid-19 di Surabaya Membeludak, Buat Ratusan Pasien Lainnya Sulit Dapat Perawatan

Mentari DP

Penulis

Sebagian besar pasien positif Covid-19 berada di Kota Surabaya. Sehingga daerah ini menjadi zona merah di Jawa Timur.

Intisari-Online.com - Secara mengejutkan Provinsi Jawa Timur menggeser DKI Jakarta sebagai provinsi dengan kasus virus corona (Covid-19) terbanyak di Indonesia.

HinggaRabu (1/7/2020), ada12.321 kasus positif virus corona di Jawa Timur ataumengalami peningkatan 185 kasus baru dari hari sebelumnya.

Sedangkan jumlah pasien sembuh juga bertambah 187 orang menjadi total 4.199.

Kemudian, kasus kematian total menjadi 926 orang atau bertambah 33 orang dari hari sebelumnya.

Baca Juga: Jadi Bagian Vital di Laut China Selatan, Pulau Natuna Disebut Berada di Garis Terdepan dalam Konflik Indonesia vs China

Sebagian besar pasien berada di Kota Surabaya. Sehingga daerah ini menjadizona merah di Jawa Timur.

Tingginya kasus corona di Surabaya berdampak pada banyaknya perantau yang terpapar Covid-19.

Sedihnya mereka malah memilih mudik.

Misalnya para perantau asal Ponorogo ini yang memilih mudik lantaran kesulitan mendapatkan fasilitas kesehatan yang sudah melebihi kapasitas di daerah mereka merantau.

Baca Juga: Jauh Lebih Mistis dari Lathi, Lagu 'Pengantar Bunuh Diri' ini Picu Kematian Lebih dari 100 Orang, Liriknya Bikin Merinding

"Membeludaknya kasus Covid-19 di Surabaya dan zona merah lainnya mengakibatkan orang-orang (perantau asal Ponorogo) yang sakit di sana sangat sulit mendapatkan fasilitas pelayanan atau perawatan karena sudah overload."

"Sehingga mereka memilih pulang untuk mencari fasilitas pelayanan kesehatan yang masih bisa menerima,” ujar Bupati Ponogoro Ipong Muchlissoni kepada Kompas.com, Rabu (1/7/2020) malam.

Banyaknya perantau asal Ponorogo yang pulang dalam kondisi sakit sangat berisiko bagi diri sendiri dan orang lain.

Kondisi ini terbukti dari total 45 kasus terkonfirmasi positif Covid-19, 11 di antaranya berasal dari perantau.

Dari 11 pasien positif, dua di antaranya meninggal dunia.

Keduanya memiliki riwayat bekerja di Surabaya dan memilih pulang setelah mengalami sakit dengan gejala klinis Covid-19.

“Mereka sudah sakit di Surabaya beberapa hari, tapi justru mereka malah pulang dan sampai Ponorogo langsung masuk rumah sakit."

"Setelah itu keesokan harinya meninggal dunia,” ungkap Ipong.

Untuk penanganan dan pengawasan perantau yang mudik, Pemkab Ponorogo memonitor ketat di tingkat RT dan RW.

Begitu mendapati pemudik yang sakit langsung diisolasi.

Pemkab Ponorogo juga sudah mengimbau agar para perantau tidak pulang.

Baca Juga: Siap Pecah di Mana dan Kapan Saja, Seluruh Pasukan Militer China diDarat, Laut, dan Udaradalam Siaga 1 Perang yang Sangat Tinggi

Pihaknya siap membantu pengobatan jika ada warga di perantauan sakit dan kesulitan mengakses fasilitas kesehatan.

Bahkan, Pemkab Ponorogo juga siap menjemput perantau yang sakit bila telantar tanpa pengobatan di daerah perantauan.

Kendati banyak warganya dalam kondisi sakit dibiarkan pulang, Ipong tidak memprotes pemerintah daerah tempat bekerja warganya.

Ia menilai daerah zona yang kebanjiran pasien Covid-19 sudah kewalahan mengatasi persoalan di daerah mereka.

“Jangan lagi kita bebani dengan protes-protes yang tidak perlu."

"Banyaknya pasien kan juga bukan maunya mereka,” ucap Ipong.

Untuk diketahui, kasus Covid-19 di Kabupaten Ponorogo hingga Rabu malam berjumlah 45 kasus.

Rinciannya, 31 orang sembuh, 12 pasien masih diisolasi di rumah sakit, dan dua orang meninggal dunia.

(Muhlis Al Alawi)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul ""Covid-19 di Surabaya dan Zona Merah Membeludak, Warga Sakit Sulit Dapat Pelayanan..."")

Baca Juga: Sudah Jadi Aktor Sejak Kecil, Bahkan Main Film dengan Aamir Khan dan RaniMukerji, Aktor Ini Rela Jualan Sayur di Pasar demi Bertahan Hidup di Tengah Pandemi

Artikel Terkait