Penulis
Intisari-Online.com - Hingga Kamis (25/6/2020) pukul 15.30 WIB, jumlah kasus virus corona (Covid-19) tembus 50.000 kasus.
Tepatnya ada 50.187 kasus positif, 2.620 kasus kematian, dan 20.449 orang dinyatakan sembuh.
Sementara di dunia, jumlah kasus positif tembus 9 juta kasus.
Akibatnya, pandemi virus coronamemukul hampir seluruh kegiatan ekonomi dunia.
Akibatnya, ekonomi di berbagai negara anjlok bahkan sampai mengalami resesi.
Namun, perusahaan finansial dan bank internasional, Morgan Stanleymenyebut Indonesia akan menjadi negara dengan pemulihan ekonomi tercepat kedua setelahChina.
Prediksi ini menjadikan Indonesia lebih unggul dibanding Malaysia yang masuk grup tingkat tiga.
Indonesia sendiri tengah menjalani era transisi menuju new normal.
Kegiatan ekonomi di berbagai sektor mulai dibuka secara perlahan dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Morgan Stanley memasukkan Indonesia ke dalam kategori grup negara Asia di luar Jepang (AxJ) yang berpotensi mengalami pemulihan ekonomi tercepat kedua.
Selain Indonesia, ada juga negara Filipina, Korea, Taiwan, dan India.
"Negara-negara tersebut bisa kembali berdaya perekonomiannya seperti sebelum Covid-19 pada kuartal IV-2020 dan pada kuartal I-2021," ujar Morgan Stanley dalam riset yang berjudul "Asia Economic Mid-Year Outlook", seperti dilansir Kontan.co.id pada Senin (22/6/2020).
Sementara itu, negara yang menduduki peringkat pertama pemulihan ekonomi tercepat adalah China.
Negara Tirai Bambu itu memang merupakan negara yang pertama yang terkena Covid-19.
Tetapi negara ini juga akan menjadi negara pertama yang bisa keluar dari belenggu Covid-19.
Perekonomian China diprediksi bisa kembali ke sebelum Covid-19 pada kuartal III tahun 2020.
Sementara negara-negara yang ada di grup peringkat ketiga adalah Thailand, Malaysia, Singapura, serta Hongkong.
Negara-negara ini diprediksi akan kembali ke perekonomiannya sebelum Covid-19 pada kuartal II 2021.
Morgan Stanley membeberkan tiga hal yang bisa memengaruhi kecepatan pemulihan perekonomian negara-negara.
Pertama, seberapa besar dampak dinamika pertumbuhan ekonomi global terhadap struktur pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Kedua, efektivitas respons yang dikeluarkan oleh lembaga untuk menahan efek negatif Covid-19 yang lebih dalam.
"Termasuk di dalamnya, bagaimana efektivitas respons negara dalam menjaga permintaan domestik," tambah Morgan Stanley.
Terakhir, pelonggaran atau ketersediaan ruang bagi kebijakan yang sewaktu-waktu akan dibutuhkan dalam menghadapi tantangan Covid-19.
(Ratih)
(Artikel ini sudah tayang di nova.grid.id dengan judul "Pukul Telak Malaysia, Indonesia Diprediksi Jadi Negara dengan Pemulihan Ekonomi Tercepat Kedua Setelah China")