Penulis
Intisari-Online.com -Di tengah ketegangan antar Korea Utara dan Selatan, Menteri Pertahanan Jepang, Taro Kano, mengungkapkan bahwa dirinya memiliki "kecurigaan" tentang kesehatan Kim Jong-un.
Rumor seputar kesehatan Kim Jong-un telah beredar selama berminggu-minggu setelah dia menghilang dari mata publik.
Beberapa menyatakan dia memiliki penyakit jantung, bahkan mungkin telah meninggal.
Namun, kemudian Kim dilaporkan kembali muncul di hadapan publik pada acara peresmian pabrik pupuk di Korut.
Saat Korut muncul untuk menentang para pembelot Korut di Korea Selatan, Kim juga mewakilkan urusan tersebut pada asiknya, Kim Yo Jong.
Saudara perempuan Kim Jong-un telah merilis pernyataan besar yang mengecam para pembelot Korea Utara dalam suatu tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini juga memicu spekulasi tentang siapa yang menjalankan negara tertutup tersebut.
Korea Utara juga telah memperingatkan perang baru antara Korea Selatan dan Korea Selatan mungkin mengarahkan Korut untuk memerintahkan serangan nuklir terhadap AS.
Dalam jumpa pers, Taro Kano mengatakan kegiatan terbaru di Korea Utara "sangat aneh," lapor CNN.
Melansir Daily Star, Kamis (25/6/2020), Taro Kano berkata: "Kami memiliki beberapa kecurigaan tentang kesehatannya (Kim Jong-un)."
Kano melanjutkan dengan menyarankan agar Kim "berusaha untuk tidak terinfeksi" di tengah pandemi virus corona karena penyakit ini menyebar di seluruh wilayah dan dunia.
Menurut Kano, Jepang dan AS telah melakukan pembicaraan untuk bertukar informasi tentang kesehatan diktator dan situasi di Korea Utara.
Namun dia mengatakan "Saya tidak diizinkan untuk membahas masalah intelijen" ketika ditanya lebih lanjut.
Ini muncul ketika dilaporkan bahwa Korea Utara bertekad membangun 'pencegah perang nuklir' untuk menyamai AS.
Laporan sepanjang 5.500 kata yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Utara telah menguraikan rencana mereka untuk 'memerangi agresi Amerika', lapor NKNews.
Kano memperjelas Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang telah merencanakan menggunakan senjata jika terjadi eskalasi, yang akan memastikan negara itu mampu menyerang pangkalan rudal musuh.
Sebelumnya, Tokyo membatalkan penggunaan Sistem Pertahanan Rudal Balistik Aegis buatan AS - namun, Jepang akan mencari opsi untuk memerangi rudal balistik Korea Utara, lapor CNN.