Penulis
Intisari-online.com - Saat ini China sukses menjadi tokoh sentral yang cukup berpengaruh di dunia, karena memicu reaksi keras dari banyak negara di dunia.
Diketahui saat ini, China sedang tengah terlibat konflik dengan India yang perlahan berubah menjadi konflik besar.
Menurut Express, pada Senin (22/6/20), China dinilai gagal belajar atas krisis rudal di Kuba.
Sementara itu, pertikaian AS dan Rusia tahun 1962 pernah membawa dunia diambang perang, namun keduanya menyadari transparansi dan komunikasi untuk menyelesaikan masalah itu.
Namun, China tidak pernah dalam posisi yang sama, kemungkinan Tiongkok tidak akan pernah mundur, terhadap India meskipun keduanya sama-sama memiliki nuklir.
Sejauh ini bentrokan itu telah menewaskan beberapa prajurit dari kedua belah pihak.
China juga diketahui menggunakan tongkat paku untuk membunuh 20 prajurit India.
Perdana Menteri India yang mengetahui hal ini, memperingatkan Chia bahwa bangsanya menginginkan perdamaian.
Baca Juga: Sering Tidak Disadari, Ini Bahaya Minum Sambil Berdiri, Hal Mengerikan Bisa Terjadi pada Tubuh
Para Diplomat India berusaha mengecilkan segala kemungkinan tentang ekskalasi akhir, merujuk pada pertemuan para menteri luar negeri Rusia-India-China minggu depan.
Tetapi isu perbatasan tidak dalam agenda itu, karena protokol Covid-19 pertemuan itu akan diselenggarakan secara virtual.
Seorang pakar Tiongkok menyatakan, setiap ekskalasi saat ini hanya bersifat sementara.
Daeng Cheng dari think tank The Heritage Foundation, mengatakan, "Ini adalah konfrontasi antara dua raksasa Asia."
"Mereka berdua terlalu percaya diri dan menolak campur tangan asing, dan bagian paling menakutkan adalah keduanya memiliki senjata nuklir," katanya.
Ketegangan ini telah membara selama berminggu-minggu atas langkah India untuk membangun jalan ke pangkalan udara di Khasmir.
Namun, ini bukanlah satu-satunya masalah yang dibangun China, nyatanya India hanyalah bagian kecil dari upaya hegemoni China, menurut pakar militer.
Pensiunan Letjen India RK Sawhney yang memimpin perang India-China tahun 1962 mengatakan, "ini adalah penindasan besar sejak Xi Jinping berkuasan pada 2013."
"Lihatlah, Laut China Selatan, Taiwan, Vietnam, Filipina, mereka mengklaim kepulauan Natuna yang berjarak 2.500 mil dari perbatasan mereka," katanya.
"Kami akan mempertahankan wilayah kami,"tambahnya
Menurutnya China menargetkan negara satu per satu dalam upaya untuk menjadi kekuatan global dunia.
"Kita berhadapan dengan negara yang sambong dan berperang untuk menjadi kekuatan global," katanya.
"Untuk menjadi kekuatan besar, mereka memilih negara satu persatu untuk diperangi," imbuhnya.
Pada Jumat (18/6) pejabat India Modi memikirkan hubungan bilateral India dan China secara ekonomi.