Penulis
Intisari-online.com -Ketika membicarakan milyader yang terlintas dalam benak kita adalah orang kaya raya yang tercukupi semua kebutuhannya.
Namun faktanya tidak demikian, karena ada sebuah negara di mana orang-orangnya adalah milyader yang bergelimang uang.
Sayangnya, uang tidak ada harganya bahkan mereka para milyader di negeri itu kesulitan untuk membeli makanan dan hidup dalam kelaparan.
Pertama-tama negara itu adalah Mali, sebuah negara dengan sumber emas terbesar di dunia.
Sekitar 900 ton cadangan emas ada di sini dan negara ini adalah produsen emas terbesar ketiga di Afrika.
Karenacadangan tambang emasnya yang melimpah, Mali hampir memburu emas untuk seluruh negeri.
Bahkan pemerintah telah menyetujui bahwa setiap warga negara dapat memproduksi emas secara mandiri.
Sayangnya, negara ini memiliki sejumlah kecil lahan subur, sebagian besar adalah gurun.
Penduduknya mendapatkan pendapatan relatif sedikit dari pertanian.
Jadi untuk bertahan hidup mereka harus menukarkan emas yang dimilikinya, sehingga semua orang mulai demam emas.
Emas yang mereka miliki digunakan untuk membeli makanan.
Semua orang berharap untuk menjadi kaya dalam semalam, tetapi para pemburu emas ini adalah lebih banyak pekerja yang disewa oleh penambang emas.
Bahkan pendapatan pencari emas mereka adalah sekitar 1.000 yuan per bulan (Rp2 juta), tetapi pada kenyataannya, mereka dibiarkan setelah dieksploitasi oleh para penambang dan lapisan lainnya.
Setiap tahun, tambang emas atas namanya akan mendatangkan untung sekitar 600 juta yuan (Rp1,2 miliar), namun, pendapatan para penambang hanya cukup untuk bertahan hidup.
Baca Juga: Manfaat Ketumbar untuk Wanita: Bikin Kulit Makin Cantik dan Bercahaya
Kedua adalah Zimbabwe, negara ini dulu adalah daerah pertanian terkaya di Afrika yang dikenal sebagai lumbung roti.
Tetapi sejak keruntuhan ekonomi dan inflasi parah, 175 triliun dollar Zimbabwe hanya bisa ditukar dengan 5 dollar AS (Rp70 ribu).
Nilai nominal uang kertas itu luar biasa yang terendahmemiliki 8 nol.
Setiap orang adalah miliarder, tetapi mereka tidak mampu membeli makanan.
Tiga puluh persen dari populasi negara itu terinfeksi AIDS, dan harapan hidup rata-rata hanya 34 tahun, 100 triliun dolar Zimbabwe tidak cukup untuk membeli tiket bus.
Tampaknya negara itu hanya dapat mencetak uang kertas.
Pada tahun 2009, pemerintah memutuskan untuk meninggalkan mata uang nasionalnya dan menggunakan sembilan mata uang.
Termasuk dolar AS, yen Jepang, dan yuan Tiongkok, dan juga menjadi satu-satunya negara di dunia dengan sembilan mata uang legal secara paralel.