Find Us On Social Media :

Sering Klaim Kebudayaan Indonesia, Kini Giliran Kebudayaan Malaysia yang Diklaim Negara Tetangganya, Bahkan Amarah Warga Malaysia Tak Digubris, Kena Karma?

By Mentari DP, Rabu, 17 Juni 2020 | 15:05 WIB

Menara kembar Petronas di Malaysia.

Intisari-Online.com - Masih ingat beberapa kasus terkait Malaysia mengklaim beberapa kebudayaan Indonesia menjadi miliknya?

Bahkan ada yang bilang kalau urusan klaim mengklaim, Malaysia berada di urutan terdepan sebagai jagonya.

Masih segar di ingatan masyarakat Indonesia bagaimana Reog Ponorogo, Batik, Tari Pendet dan lagu Rasa Sayange diklaim sebagai warisan budaya Malaysia.

Namun bukan hanya dengan Indonesia saja Malaysia berbuat ulah masalah klaim budaya.

Baca Juga: Ditangkap Karena Sewa PSK Anak di Jakarta, Ternyata Pria Ini Buronan FBI, Ini Fakta-fakta Russ Albert Medlin yang Berstatus Residivis Kasus Pelecehan Anak

Belakangan ini Malaysia bersitegang mengenai klaim budaya dengan Singapura.

Dikutip dari Kompas.com pada Jumat (31/8/2018) Singapura berusaha mendapatkan pengakuan ke PBB bahwasanya jajanan jalanan kaki lima merupakan kebudayaan mereka.

Hal ini didasari atas banyaknya penjual jajanan kaki lima yang berjualan berbagai macam makanan di negaranya yang berwilayah seuprit itu.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Teroris yang Paling Sulit Dilumpuhkan, Akhirnya Ali Hassan Salameh Berhasil Ditangkap, Siapa Sangka Istrinya Jadi Sumber Kelemahannya

Bahkan PM Singapura Lee Hsien Loong sampai mendaftarkan jajanan jalanan kaki lima yang di sana dinamai 'Hawkers' ke UNESCO sebagai identitas negaranya.

Ia berharap budaya street food sah menjadi milik Singapura.

Malaysia kemudian mencak-mencak akibat klaim Singapura tersebut.

Pihak Malaysia mengaku bahwa jajanan kaki lima berasal dari Malaysia karena di negaranya lebih beraneka ragam makanannya.

Salah seorang koki selebriti Malaysia Redzuawan Ismail atau Chef Wan mengatakan, upaya Singapura ini tidak masuk akal.

"Jika Anda berbicara soal makanan jalanan, bukan hanya Singapura yang memiliki budaya ini."

"Mengapa Anda menginginkan paten UNESCO? Apa istimewanya?" kata Chef Wan.

Penegasan berlanjut, seorang chef lagi asal Malaysia, Ismail Ahmad bersikukuh jika negaranya adalah surga makanan jalanan.

Ia berpendapat justru Malaysia lah yang seharusnya mendapat pengakuan tersebut.

"Bahkan warga Singapura datang ke Malaysia untuk menikmati makanan jalanan kami," ujar Ismail.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Penguasaha Mebel hingga 2 Kali Jadi Presiden, Sebenarnya Berapakah Kekayaan Presiden Jokowi?

Namun amarah warga Malaysia tak digubris Singapura.

Pemerintah Singapura menganggap ini bukan sekedar makanan, namun menyangkut warisan dan identitas negara Singapura.

"Ini tentang warisan budaya makanan jalanan yang mengikat masyarakat dan didukung pemerintah serta industri."

"Semua ini tentang komunitas," ujar kritikus makanan KF Seetoh.

Kedua negara memiliki hubungan kurang mesra sejak Singapura memerdekakan diri dari Malaysia pada 1965 dan masalah makanan jalanan ini semakin memanaskan situasi.

Bersyukurlah kita sebagai rakyat Indonesia yang mempunyai berjibun sebagai kekayaan kebudayaan nasional karena identitas suatu bangsa/negara amat bernilai mahal.

(Seto Ajinugroho)

(Artikel ini sudah tayang grid.id dengan judul "Kena Karma, Giliran Kebudayaan Malaysia Diklaim Oleh Negara Lain")

Baca Juga: Hanya Butuh 3 Menit, Kopassus TNI Mampu Taklukkan Kelompok Jihad dan Selamatkan Ratusan Sandera, Langsung Tuai Pujian Dunia